Menjelang Lebaran, Hindari Makanan dengan Kalori Tinggi Antisipasi Penyakit Stroke

7 Mei 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi. /Aini/pixabay/victorvote

PR DEPOK – Dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Dinda Safitri memberikan saran untuk tidak memilih konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kadar gula berlebihan dan tinggi kalori saat lebaran hari raya Idul Fitri 1442 H/ 2021 M.

Beberapa di antaranya seperti opor, rendang, es cendol, dan es boba dan lain-lain. Hal ini bisa menyebabkan beberapa gejala penyakit seperti hipertensi dan stroke.

Kedua penyakit di atas juga bisa dipicu oleh kurangnya aktivitas fisik di waktu lebaran dan lupa mengonsumsi obat.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA, dokter Dinda pun memberikan saran untuk mengabaikan jenis asupan makanan dan minuman berlebihan, melakukan aktivitas fisik, dan mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.

Baca Juga: DPD RI Perjuangkan Aspirasi Guru Honorer, LaNyalla Bentuk Pansus Guru dan Tenaga Pendidikan

Sejak tahun 2014 penyakit stroke di Indonesia masih menjadi penyakit pembunuh dan penyebab kecacatan nomor satu untuk kategori penyakit tidak menular.

Kementerian Kesehatan sudah memberikan tanda untuk mengenali stroke dengan slogan yang disebut SeGeRa ke RS.

SeGeRa memiliki kepanjangan yakni Senyum tidak simetris (mencong ke salah satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba; Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba.

Selanjutnya, Bicara pelo/ tiba-tiba tidak dapat bicara/ tidak mengerti kata-kata/ bicara tidak nyambung; Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh; Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba; Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi (tremor/gemetar/sempoyongan).

Baca Juga: Azis Syamsuddin Tidak Hadir di Persidangan, KPK akan Kembali Ulang Jadwal Sidang

“Jika mengalami gejala-gejala tersebut, pasien harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan, karena setiap detiknya sangatlah berharga. Stroke memiliki periode emas yaitu 4,5 jam, jika dalam periode emas itu dapat segera ditangani, risiko kematian dan kecacatan stroke dapat diturunkan.

Jangan menunda ke rumah sakit dengan harapan gejala akan mengalami perbaikan dengan sendirinya,” ucap Dinda.

Dokter Dinda menjelaskan bahwa orang dengan kondisi stroke harus secepat mungkin dilarikan ke rumah sakit.

Hal ini dikarenakan untuk menyelamatkan bagian otak yang masih belum terjadi kematian sehingga bisa mengantisipasi kematian jaringan yang cukup luas.

Baca Juga: Ikut Soroti Soal TWK KPK, Tamrin Tomagola: Pertanyaannya Sudah Kebablasan Instrusif ke Hal Pribadi

Dokter Dinda juga mengatakan ada beberapa penanganan pada stroke yang selama ini tidak benar.

Salah satunya adalah menusukkan bagian jarum pada telinga, jari tangan, atau jari kaki saat mengalami stroke.

Menusukkan jarum pada bagian telinga justru akan memunculkan risiko baru berupa infeksi jika jarum tidak bersih atau steril.

“Stroke terjadi karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak, bukan pada pembuluh darah tepi anggota tubuh lainnya. Melakukan tusuk jarum pada anggota tubuh berisiko infeksi bila jarum tidak stabil.

Seseorang memiliki gejala stroke harus segera dibawa ke rumah sakit,” jelas Dokter Dinda.***

Editor: Muhamad Gilang Priyatna

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler