PR DEPOK – Selama masa pandemi Covid-19, madu menjadi salah satu bahan kesehatan yang paling banyak dicari, tetapi selama ini banyak mitos yang beredar terkait perbedaan madu asli dan madu palsu.
Informasi mengenai madu asli dan madu palsu sangat penting, mengingat dampak kesehatan yang akan diberikan tentu berbeda.
Jika madu asli memberikan banyak manfaat kesehatan, maka sebaliknya madu palsu bisa menyebabkan berbagai penyakit yang membahayakan tubuh seperti diabetes dan kencing manis.
Baca Juga: Teuku Ryan Potong Rambut Jelang Lamaran, Ria Ricis: Aku Terpesona
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara, ahli yang diketahui bernama Dewi Masyithoh menginformasikan terkait mitos perbedaan madu asli dari madu palsu.
1. Madu asli tidak akan berubah warna
Banyak yang percaya bahwa madu asli tidak akan berubah warna, sedangkan madu palsu berubah warna.
Terkait perubahan warna pada madu menurutnya itu hal yang biasa.
Perubahan warna pada madu pada dasarnya disebabkan oleh reaksi Maillard atau reaksi pencoklatan non enzimatis yang justru bisa meningkatkan kadar antioksidan dalam madu.
Kadar antioksidan ini sangat bermanfaat sebagai penangkal radikal bebas yang bisa memicu serangan jantung, kanker, katarak, dan menurunnya fungsi ginjal.
“Dengan begitu bisa dipastikan bahwa mitos mengenai madu asli tidak akan berubah warna adalah salah,” katanya.
2. Madu mengkristal itu madu palsu
Madu yang mengkristal sering diklaim masyarakat sebagai madu palsu.
Padahal, menurutnya kristalisasi atau penggumpalan madu merupakan hal biasa yang terjadi secara alami dan spontan pada madu.
Baca Juga: Usai Menghadap KPK, Anies Baswedan Mengaku Sering Mendukung Upaya Pemberantasan Korupsi
Maka dari itu, ia menekankan bahwa madu yang mengalami kristalisasi tidak akan mengalami penurunan kualitas.
Kandungan madu akan tetap sama dan tidak berubah, hanya warnanya saja yang berubah.
3. Madu asli tidak disukai semut
Menurutnya, mitos bahwa madu asli tidak disukai semut tidaklah tepat.
Umumnya semut menyukai madu, bahkan sejak masih berbentuk nektar yang baru keluar dari ujung tanaman.
Saking menyukainya, lebah dan semut sering berebut untuk mengambil nektar.
Selain itu, ketertarikan semut pada madu sangat bergantung dengan berbagai hal.
Misalnya, umur madu, kandungan karbohidrat, hingga jenis semut yang ada di area sekitar madu.
Meskipun begitu, ada beberapa kondisi madu yang tidak disukai oleh semut, salah satunya madu yang belum cukup umur.
Madu yang belum cukup umur akan mengakibatkan terjadinya fermentasi yang mana akan menghasilkan karbon dioksida yang tidak disukai semut.
Baca Juga: Dukung Anies Baswedan Jadi Presiden 2024, Refrizal: Semoga Kezaliman Cepat Tumbang!
Jadi, semut akan menyukai madu yang sudah cukup umur panen dan tidak menyukai madu yang mengalami fermentasi.
4. Madu asli bisa meletup
Masyarakat selama ini juga mengartikan madu asli berarti yang bisa meletup.
Padahalnya, madu meletup akibat dari khamir yang ikut terbawa ketika lebah mengumpulkan madu akan mengalami fermentasi.
Khamir tidak akan aktif pada madu yang memiliki masa panen cukup panjang.
Sebaliknya, khamir akan aktif dan melakukan proses fermentasi pada madu yang dipanen muda.
Hasil samping dari fermentasi ini adalah CO2 (karbon dioksida) yang berbentuk gas.
Secara alami gas ini akan menguap di udara, tetapi gas akan terakumulasi dan menghasilkan letupan saat berada di botol yang tertutup sangat rapat.
Maka dari itu, keaslian madu tidak bisa diukur dari meletup atau tidaknya.***