Vaping vs Merokok, Mana yang Lebih Aman? Begini Kata Para Ahli

4 Maret 2023, 14:25 WIB
Ilustrasi. Ahli buka suara soal perbedaan antara vaping dan merokok, serta yang lebih aman di antara keduanya, termasuk pada paru-paru. /Pexels

PR DEPOK - Beberapa ahli menganggap vaping (rokok elektrik) kurang begitu berbahaya dibandingkan dengan merokok, tetapi masih banyak yang harus dipelajari tentang efek jangka panjangnya.

Penelitian saat ini menunjukkan bahwa vaping masih dapat menimbulkan banyak risiko yang sama dengan merokok.

Perbandingan risiko rokok elektrik dan perangkat vaping telah menjadi topik perdebatan di kalangan pakar kesehatan selama bertahun-tahun.

Tidak seperti rokok yang mudah terbakar, perangkat vaping tidak mengandung tembakau atau memancarkan tar, sehingga menyimpulkan bahwa vaping lebih aman daripada merokok. Tetapi pada tahun 2019, peningkatan signifikan dalam cedera paru terkait vaping membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah vaping sebenarnya lebih berbahaya daripada merokok atau tidak.

Baca Juga: Liga Inggris Malam Ini: Man City vs Newcastle, Link Streaming, Head to head, Catatan Pertandingan Sebelumnya

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), beberapa ahli masih menganggap vaping kurang begitu berbahaya jika dibandingkan dengan merokok, tetapi bukan berarti vaping tidak berbahaya. Perlu juga dicatat bahwa rokok elektrik relatif cukup baru, jadi efek jangka panjang dari vaping masih belum jelas.

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Healthline, baik vaping maupun merokok memiliki banyak risiko kesehatan yang sama. Tetapi ada beberapa perbedaan dalam tingkat keparahan risiko tersebut.

Berikut ini adalah perbandingan beberapa risiko yang akan berdampak pada kesehatan di antara keduanya:

· Berdampak pada kondisi pernapasan
Baik merokok maupun vaping, keduanya berpotensi mengiritasi saluran udara dan paru-paru Anda, yang dapat menyebabkan beberapa kondisi kesehatan dan dapat memengaruhi paru-paru Anda, seperti asma, bronkitis kronis, dan emfisema.

Baca Juga: Link Live Streaming Indosiar Gratis: Persik Kediri vs Barito Putera di BRI Liga 1, serta Starting Line Up

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi jika merokok dapat meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronik, yang meliputi bronkitis kronis, dan emfisema.

Para ahli kurang yakin tentang efek jangka panjang dari vaping. Tetapi sebuah studi pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pengguna rokok elektrik saat ini memiliki kemungkinan 40 persen memiliki risiko penyakit pernapasan yang lebih besar daripada mereka yang tidak menggunakan rokok elektrik atau merokok.

Produk vape tertentu mungkin mengandung diacetyl, bahan kimia yang digunakan produsen untuk menambahkan rasa ke beberapa ‘jus’ vape. Diacetyl terhubung dengan perkembangan paru-paru, suatu kondisi yang melibatkan jaringan parut permanen pada saluran udara Anda.

· Berisiko terkena penyakit jantung
Merokok dapat berdampak ke tekanan darah tinggi, detak jantung, dan memburuknya fungsi kardiovaskular secara umum. Faktor-faktor ini, dan ribuan bahan kimia berbahaya dalam rokok, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Laporan singkat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020 mencatat bahwa 20 persen tingkat kematian terkait penyakit jantung yang disebabkan karena merokok.

Baca Juga: Bansos PKH dan BPNT Cair Kapan? Segera Cek Penerima dan Estimasi Jadwal di cekbansos.kemensos.go.id

Sedangkan, efek vaping pada kesehatan jantung masih kurang jelas, tetapi penelitian mengaitkannya dengan peningkatan tekanan darah dan detak jantung yang serupa.

Sebuah studi pada tahun 2022 membandingkan hasil tes terkait tingkat stres antara orang yang menggunakan vape, merokok, dan mereka yang tidak menggunakan vape atau merokok. Orang-orang dalam kelompok vaping secara konsisten berkinerja lebih buruk daripada kelompok lainnya, tetapi sedikit lebih baik daripada kelompok yang merokok.

· Berisiko terkena kanker
CDC mencatat bahwa, orang yang merokok sampai 30 kali lebih mungkin meninggal karena kanker paru-paru dibandingkan mereka yang tidak merokok. Penelitian juga mengatakan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko pada usus besar, tenggorokan, dan kanker payudara, di antara kanker lainnya.

Sedangkan untuk rokok elektrik, para ahli sepenuhnya belum memahami hubungan antara penggunaannya dan risiko kanker. Tetapi banyak produk pada alat vaping yang mengandung beberapa karsinogen yang sama dengan rokok, seperti formaldehida, asetaldehida, dan nitrosamin.

Baca Juga: Daftar Kilang Pertamina yang Kebakaran selama 1 Dekade Terakhir, Terbaru Depo Plumpang

Rokok elektrik cenderung mengandung kadar bahan kimia berbahaya yang lebih rendah. Jika saat ini Anda merokok, vaping dapat mengurangi paparan bahan kimia ini dan berpotensi menurunkan risiko kanker. Tetapi jika saat ini Anda tidak merokok atau merokok, menggunakan rokok elektrik dapat meningkatkan risiko kanker .

Dengan alasan bahwa rokok elektrik sedikit lebih tidak berbahaya dibandingkan rokok, beberapa orang akhirnya memilih untuk menggunakan vaping agar membantu mereka mengurangi jumlah rokok yang dihisap.

Namun, peneliti menyarankan bahwa merokok dan vaping sama berbahayanya. Meskipun produsen pada awalnya membuat rokok elektrik untuk membantu orang berhenti merokok. Beberapa ahli umumnya menganggap bahwa vaping kurang berbahaya dibandingkan dengan risiko apabila merokok dengan tembakau, tetapi masih kurang jelas apakah vaping benar-benar dapat membantu orang berhenti merokok.

Tinjauan tahun 2022 yang berbeda menunjukkan bahwa rokok elektrik dapat membantu orang berhenti merokok, bahkan mungkin lebih dari terapi penggantian nikotin. Namun, para penulis mencatat bahwa mereka membutuhkan lebih banyak penelitian berkualitas tinggi untuk memastikan keefektifan rokok elektrik sebagai alat berhenti untuk merokok.

Baca Juga: KUR Pegadaian Syariah 2023: Simak Syarat Pinjaman, Cara Pengajuan, dan Tabel Angsuran

Meskipun bukan tanpa risiko, vaping umumnya kurang berbahaya dibandingkan dengan merokok. Namun, masih banyak yang harus dipelajari tentang rokok elektrik dan vaping, termasuk cakupan risiko untuk kesehatan jangka panjangnya.

Jika saat ini Anda merokok dan mencoba mengurangi risiko negatif tersebut, berhenti adalah pilihan yang paling efektif. Tetapi jika Anda belum siap untuk berhenti menggunakan nikotin sepenuhnya, beralih ke vaping bisa menjadi alternatif yang sedikit lebih aman.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Healthline

Tags

Terkini

Terpopuler