“Kalau dia buang air besar dan kemudian mulai ada demam nah itu dicek SGPT- SGOT-nya. Kalau sudah di atas 100, lebih baik di-refer ke fasilitas kesehatan terdekat. SGPT-SGOT normalnya di level 30-an, kalau sudah naik agak tinggi sebaiknya di-refer ke fasilitas kesehatan terdekat,” tuturnya.
Hingga kini Menkes menyebut ada 15 kasus dugaan atau suspek hepatitis akut dengan tiga kasus pertama di Indonesia masuk pada 27 April 2022.
Munculnya kasus dugaan hepatitis akut ini ditindaklanjuti Menkes dengan merilis Surat Edaran (SE) tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).
“Tanggal 27 April itu kita sudah langsung mengeluarkan surat edaran agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan melakukan surveillance monitoring terhadap kasus ini,” ujarnya.
Selain itu, Menkes juga menjalin komunikasi dengan Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dan pemerintah Inggris untuk mendapatkan informasi mengenai hepatitis akut.
“Memang kesimpulannya belum bisa dipastikan virus apa yang seratus persen menyebabkan adanya penyakit hepatitis akut ini. Sekarang penelitian sedang dilakukan bersama-sama oleh Indonesia, bekerja sama dengan WHO dan juga kita bekerja sama dengan Amerika (Serikat) dan Inggris, untuk bisa mendeteksi secara cepat penyebab penyakit ini. Kemungkinan besar adalah adenovirus strain 41, tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada adenovirus strain 41 ini,” jelasnya.***