Apa Perbedaan DBD, Tifus, dan Malaria? Simak Penjelasan dr Adityo Susilo dari FKUI RSCM Berikut

- 3 Juli 2022, 11:18 WIB
Ilustrasi. Berikut ini dipaparkan perbedaan DBD, tifus, dan malaria, menurut penjelasan dr Adityo Susilo dari FKUI RSCM.
Ilustrasi. Berikut ini dipaparkan perbedaan DBD, tifus, dan malaria, menurut penjelasan dr Adityo Susilo dari FKUI RSCM. /pexels.com/Cottonbro.

"Infeksi ini juga bisa mengganggu proses pencernaan di lambung, maka tidak jarang orang mengalami mual, nyeri ulu hati, sehingga kemampuan makan dan minum menjadi sangat turun," ujarnya.

Oleh karena itu orang yang bergejala tersebut, muncul saat fase awal di mana virus sedang sangat aktif dan biasanya berlangsung selama tiga hari.

Baca Juga: Beli Tiket Masuk PRJ Kemayoran di Mana? Berikut Link Pembeliannya dan Cara Pesan Online

"Setelah demam turun, justru kita masuk fase kritis. Ini karena antibodi mulai terbentuk dan sifatnya lebih destruktif," ucap Adityo Susilo.

"Sehingga proses perlawanan menjadi semakin hebat dan risiko syok dan pendarahan akan meningkat," kata dia, menambahkan.

Lalu di akhir fase kritis, demam bisa muncul kembali, namun tidak setinggi di awal. Setelah itu tubuh akan masuk fase penyembuhan, dan keluhannya akan lebih baik, trombosit meningkat, serta kondisi akan pulih.

Baca Juga: PRJ Kemayoran Buka Jam Berapa? Simak Jadwal Konser Hari Ini hingga Cara Beli Tiket Jakarta Fair Online

Sedangkan tifoid (tifus), penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi.

Menurut Adityo Susila, bahwa gejala demam tifoid (tifus) tidak mendadak seperti DBD, melainkan muncul secara bertahap.

Dia mengatakan salah satu yang dapat menjadi penanda demam tifus. tersebut adalah atur pola yang terbalik. Karena demamnya lebih tinggi pada malam hari, dibandingkan pagi atau siang hari.

Halaman:

Editor: Gracia Tanu Wijaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x