Kata tasyrik dalam bahasa Arab memiliki makna mengeringkan sesuatu. Pada zaman dahulu, masyarakat Arab menggunakan Hari Tasyrik untuk menjemur daging yang diperoleh dari hari raya kurban atau Idul Adha.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa Hari Tasyrik berasal dari kata syuruq yang berarti terbit.
Kata tersebut berasal dari tradisi yang mengatakan bahwa hewan kurban tidak boleh disembelih sampai waktunya matahari terbit pada Idul Adha.
Baca Juga: Resmi Digugat Cerai Nathalie Holscher, Sule Akui Sedih: Mungkin Sudah Jalannya Seperti Ini
Dalam salah satu hadits, hari tasyrik disebut sebagai hari-hari untuk makan dan minum atau berpesta.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW melarang umat Muslim untuk berpuasa selama tiga hari tersebut untuk menikmati makanan dan minuman.
“Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum (yaitu berpesta),” (HR. Muslim).
Baca Juga: Kapan Kartu Prakerja Gelombang 36 Dibuka? Catat Estimasi Tanggal Pendaftarannya
Meski haram untuk berpuasa, hari tasyrik memiliki berbagai keistimewaan di dalamnya.
Salah satu keistimewaan di hari tersebut yakni waktu bagi para jemaah haji untuk melempar jumrah dan melakukan tawaf terakhir di Masjidil Haram.