Pagi buta engkau tanam doa-doa
Dalam diam tangis air mata seluruh jerih tak pernah alpa dimakan waktu
Keringat berjatuhan di rak-rak dadamu
Engkau pikul terik harapan di pundakmu dan berjalan di sepanjang usia yang mencuci perihmu
Siang yang panjang lelah berserakan di telapak tanganmu
Dan jari-jari angin menyusuri kanal deritamu, lalu ia membawanya ke telaga tabah
Engkau dipenuhi kesentosaan yanh bersuratkan di buram matamu, demikianlah hidup
Bagimu, pagi berganti panas matahari memburu dan sore menyongsong gelap
Engkau berpeluk sajadah dan bulir-bulir tasbih mengelus mimpimu yang sederhana
Engkau yang terlelap dalam guguran risau dan putih di rambutmu
Ayah engkaulah istilah di telaga itu, yang menampung segala kehidupan di ringkih tubuhmu
Ayah engkau adalah puisi yang tak pernah selesai ku baca
Kisahmu yang panjang dan berliku di lembah matamu aku mengeja rindu
Baca Juga: Akses cekbansos.kemensos.go.id untuk Cek Daftar Penerima PKH Lansia Pencairan Tahap Akhir 2022
Puisi 2
Ayah