Simak Sejarah Tradisi Halal Bihalal Hari Raya Idul Fitri, Ternyata Bukan dari Arab

- 22 April 2023, 07:22 WIB
Berikut sejarah tradisi halal bihalal atau maaf-maafan yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Idul Fitri.*
Berikut sejarah tradisi halal bihalal atau maaf-maafan yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Idul Fitri.* /Diskominfo Jateng

PR DEPOK - Diketahui, halal bihalal diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Idul Fitri, biasanya akan diselenggarakan di kantor-kantor, sekolah, dan tempat resmi lainnya.

 

Akan tetapi, apakah sudah tahu sejarah Halal Bihalal saat Hari Raya Idul Fitri?

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari situs Kemenko PMK, simak hingga tuntas artikel ini untuk mengetahui sejarah halal bihalal yang menjadi tradisi Hari Raya Idul Fitri.

Sejarah Halal Bihalal

Baca Juga: Bansos PKH Tahap 2 Anak Sekolah Segera Disalurkan April 2023, Cek Penerimanya di Sini!

Diketahui, halal bihalal bukan dari Arab, halal bihalal adalah tradisi yang dibuat oleh masyarakat Indonesia.

Dalam KBBI, halal bihalal memiliki arti maaf-maafan sesudah menjalankan ibadah puasa di Ramadhan, yang diadakan di sebuah tempat dan didatangi oleh banyak orang.

 

Asal-usul halal bihalal berasal dari kata ‘alal behalal dan ‘halal behalal, kata ini masuk ke dalam kamus Jawa-Belanda hasil karya Dr. Th. Pigeaud 1938.

Adanya halal bihalal berasal dari pedagang martabak dari India, di Taman Sriwedari Solo di tahun 1935 hingga 1936.

Baca Juga: 10 Link Twibbon Hari Raya Idul Fitri 1444 H Terbaru, Meriahkan Suasana Lebaran

Kemudian, dipromosikan oleh pribumi dengan kata martabak Malabar, halal bin halal, sejak saat itulah kata halal bihalal mulai dikenal oleh masyarakat Solo.

Sejak saat itu, tradisi halal bihalal pun menjadi acara maaf-maafan dan silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri.

 

Makna halal bihalal sendiri mengandung tiga makna yaitu halal al-habi yang artinya benang kusut terurai kembali, halla al-maa yang artinya air keruh diendapkan, dan halla as-syai yang artinya halal sesuatu.

Kesimpulan dari ketiga makna tersebut, adalah kekusutan, kekeruhan, dan kesalahan yang terjadi bisa dihalalkan kembali atau semua kesalahan melebur, hilang, dan kembali sedia kala.

Baca Juga: Balita dan Ibu Hamil Bakal Terima PKH 2023 Senilai Rp750.000 Bulan Ini, Segera Cek Namamu di Link Berikut

Untuk diketahui, tradisi halal bihalal sudah ada sejak zaman Mangkunegara I yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.

Pada masa itu, pangeran mengadakan pertemuan raja, punggawa, dan prajurit di waktu bersamaan di balai istana setelah Idul Fitri.

 

Dalam pertemuan itu, diadakan acara sungkem atau saling memaafkan, para prajurit dan punggawa melakukan sungkem pada raja dan permaisuri.

Tradisi yang yang diadakan oleh Pangeran Sambernyawa pun akhirnya diikuti oleh organisasi Islam.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Bagaimana Caramu Buat Keputusan? Pilih Simbol dan Ketahui Karaktermu secara Lengkap

Demikian informasi tentang sejarah halal bihalal yang diselenggarakan setelah menjalankan ibadah puasa di Ramadhan.***

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah