Hikmah Idul Adha: Belajar dari Siti Hajar Radhiyallahu'anha dalam Mendidik Ismail

- 29 Juni 2023, 06:44 WIB
Hikmah Idul Adha: Belajar dari Siti Hajar Radhiyallahu'anha dalam Mendidik Ismail.
Hikmah Idul Adha: Belajar dari Siti Hajar Radhiyallahu'anha dalam Mendidik Ismail. /ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

PR DEPOK - Idul Adha selalu identik dengan kisah Ibrahim yang menyembelih Ismail. Dalam beberapa riwayat, Ibrahim datang menghampiri Ismail, menyampaikan pesan Allah untuk menyembelihnya.

 

Ketika Ismail mendengar perkataan yang disampaikan Ibrahim, dan telah yakin itu adalah perintah Allah, ia rela untuk disembelih oleh bapaknya.

Dari kisah singkat tersebut, dapat disimpulkan, bahwa Ismail telah mengalami pendidikan yang luar biasa dalam hal kesabaran. Bahkan Allah mengatakan di dalam Al Quran di surat Al Anbiya ayat ke 85 mengenai kesabarannya.

"Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar," terkutip di dalam Al Quran, Surat Al Anbiya ayat ke 85.

Baca Juga: 7 Golongan Masyarakat yang Bisa Dapat PKH Tahap 3 2023, Siapa Saja? Lengkap dengan Jadwal Pencairan

Tidak hanya dikenal akan kesabarannya, kita juga mengetahui, bahwa Ismail kelak akan menerima gelar kenabian.

Pertanyaanya, pendidikan seperti apa yang membuat Ismail seperti itu? Jawaban dari pertanyaan tersebut, tidak lepas dari peran Siti Hajar dan doa Ibrahim yang selalu membersamainya sejak kecil, meski dia telah ditinggalkan oleh bapaknya di tanah tandus (Makkah) itu.

Pendidikan yang kemudian dilakukan oleh Siti Hajar untuk membuat Ismail menjadi hamba yang taat, tidak lain juga berasal dari doa Ibrahim.

Saat Ibrahim akan meninggalkan kedua orang yang dicintainya, di lembah tandus tersebut, ia berdoa dengan doa agung yang tercatat di dalam Al Quran, Surat Ibrahim ayat 37. Surat tersebut berbunyi:

Baca Juga: Rekomendasi Mie Ayam Khas Wonogiri di Kota Surabaya, Catat Detail Lengkapnya!

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Dari doa tersebut, kita bisa melihat model pendidikan yang dilakukan Hajar dengan 4 cara dalam mendidik Ismail.

1. ‘Inda baitikal muharram

Ibrahim menempatkan istri dan anaknya di lingkungan (bi’ah) yang baik. Lingkungan yang kuat akan nilai-nilai spiritual. Lingkungan yang membuat seorang dekat dengan Penciptanya. Sebab, tanah Hijaz yang tandus itu, disampaikan sebagai dekat dari rumah Allah (Baitullah).

Baca Juga: 10 Tempat Sate Terkenal dan Ramai di Klaten, Berikut Alamat Lengkapnya

2. Liyuqiimush-sholah

Pendidikan berikutnya adalah mengenalkan Allah dan membangun ketaatan seorang anak kepada-Nya. Hal ini tidak bisa dilakukan, jika Hajar (Ibu) tidak memiliki kedalaman wawasan spiritual. Bahkan sampai membuahkan nilai ketaatan dalam diri Ismail kepada Allah secara luar biasa. Salah satu ketaatannya, Ismail tunjukkan ketika dengan gagah berani menyambut perintah penyembelihan dirinya oleh Ibrahim. Kemampuan seperti ini disebut Danah Zohar atau sebagai Spiritual Intelligence.

3. Faj’al af’idatan minan-naasi tahwii ilaihim.

Selanjutnya adalah membentuk pribadi yang disukai dan disayangi oleh sesama. Pribadi yang disukai oleh sesama adalah pribadi yang berakhlak mulia. Ismail sangat menghormati dan memuliakan orang tuanya, memegang teguh norma-norma yang baik yang berlaku di masyarakat, dan peduli kepada nasib masyarakat di sekitarnya. Oleh Daniel Goleman, kompetensi seperti ini disebut Emotional Intelligence.

Baca Juga: BPNT 2023 akan Kembali Cair di Bulan Juli, Berikut Nominal dan Syarat yang Harus Dipenuhi untuk Dapat Bansos

4. La’allahum yasykurun

Berikutnya, membentuk Nabi menjadi pribadi yang pandai mensyukuri nikmat. Syukur maknanya mengoptimalkan semua nikmat dan menjadikan sesuatu agar dapat berdayaguna tinggi. Menjadi orang bersyukur juga bermakna menjadi pribadi-pribadi berpikir positif, produktif, dan kontributif.

Ketiga sifat ini dicontohkan langsung oleh Hajar, saat dirinya harus mencari air untuk menyambung hidup. Hajar berbaik sangka kepada Allah yang tidak akan menyia-nyiakan ketaatan seorang hamba.

Berlari kesana kemari mencari air. Saat air memancar, ia pun berteriak “Zam zam, zam zam, berkumpul-berkumpul!”, sambil membuat kolam kecil agar air Zam zam tak kemana-mana. Kemudian, membagikan air tersebut kepada para sesamanya. Para ahli menyebut kecerdasan seperti ini sebagai Adversity Quotions.

Baca Juga: Mengenal David Corenswet, Pemeran Superman Baru Pengganti Henry Cavill

Demikian hikmah dari kisah Idul Adha dari sudut pandang pendidikan yang telah dilakukan oleh Siti Hajar.***

Editor: Tesya Imanisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah