Budianto, warga Desa Campurejo Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo, telah berdedikasi
selama sepuluh tahun terakhir untuk melestarikan kesenian Cokekan. Grup yang dibentuknya pada tahun 2014 ini mendapatkan apresiasi positif dari generasi muda yang juga turut berkontribusi dalam mempertahankan keaslian Cokekan.
Kesenian Cokekan memang memiliki kekhasan tersendiri. Dengan jumlah pengrawit yang lebih sedikit, hal ini membedakannya dari kelompok karawitan pada umumnya. Cokekan
juga dikenal sebagai teman setia pengamen gamelan dan cocok mengiringi berbagai kesempatan, dari acara rumah makan hingga penyambutan tamu. Dengan biaya yang lebih terjangkau, Cokekan menjadi pilihan yang lebih praktis tanpa mengurangi keindahan musiknya.
Baca Juga: Bocah di Depok Tewas Setelah Alat Kelamin Diremas Seorang Kakek, Polisi Ungkap Ada Korban Lain
Penting untuk dicatat bahwa Cokekan telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai bagian dari warisan budaya takbenda bersama dengan enam jenis gamelan asli Jawa lainnya sejak tahun 2013. Dengan registrasi resmi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Cokekan semakin diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia.
Budianto berharap dukungan dari Pemkab Ponorogo dalam upaya melestarikan kesenian tradisional yang mulai terancam punah, termasuk Cokekan. Dengan adanya gelaran acara Ponorogo Rikolo Semono, Budianto dan anggota grupnya mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan Cokekan kepada publik lebih luas.***