PR DEPOK - Seringkali orang tua tidak menyadari tentang pola pengasuhannya terhadap anak yang bisa menyebabkan anak secara tidak sadar memiliki “Victim Mentality” atau “Mental Korban”.
Pola pengasuhan yang salah yang diberikan orang tua tidak jarang menimbulkan beberapa permasalahan terhadap tingkah laku anak, salah satu contohnya seperti anak yang seringkali bersikap layaknya korban atau bermental korban.
Maka dari itu, orang tua harus segera mengubah pola asuhnya dan mengajarkan anak agar tidak memiliki “Victim Mentality”.
Dalam sebuah buku parenting yang ditulis oleh Okina Fitriani menyebutkan bahwa Mentalitas korban adalah suatu kondisi ketika seseorang selalu merasa dirinya menjadi korban terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya.
Baca Juga: Tabel Angsuran KUR BRI 2024 Plafon Rp100 Juta Tanpa Jaminan Berikut Syarat Ajukan Pinjaman
Perilaku tersebut cenderung menyalahkan orang lain atau situasi. Mereka meyakini hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki kontrol atas hidup mereka.
Orang yang memiliki Mentalitas korban cenderung menyalahkan faktor eksternal seperti orang lain, situasi, takdir, atau sistem yang harus bertanggung jawab atas kegagalan yang dialaminya.
Jika anak dibiarkan memiliki mental korban tersebut, maka akan sangat berbahaya terhadap masa depannya kelak, serta dapat menghambat kemampuannya mengembagkan diri atau resiliensi.
Anak yang bermental korban, ketika terlambat sekolah maka akan cenderung menyalahkan orang tua, situasi atau faktor eksternal lainnya. alih-alih menyadari kekeliruannya, dan menghadapi konsekuensi tersebut, anak yang bermental korban akan merasa gurunya bersikap tidak adil.
Salah satu penyebab anak memiliki Mentalitas Korban adalah pola pengasuhan yang salah dari orang tuanya seperti berikut ini:
Tidak mengambil tanggung jawab
Contohnya anak terbiasa melihat orang tua menyalahkan orang lain tau kondisi tertentu atas ketidaknyamanan yang dirasakan orang tua atau yang dialami anak.
Contoh perilaku orang tua yang kemudian ditiru anak:
Ini lantainya nakal, makanya kamu jatuh
Mama pulang telat ya, soalnya bos tiba-tiba ngasih kerjaan banyak (padahal manajemennya kurang oke)
Baca Juga: Ratingnya Bagus! Berikut 5 Sate Ayam Enak dan Gurih di Kabupaten Jepara
Menanamkan keyakinan yang salah pada anak
Ketika anak tidak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh orang tua, kaxang orang tua mengajarkan mentalitas korban dengan mengucapkan hal-hal seperti ini kepada anak.
Kenapa sih kamu nggak angkat telepon mama, sudah tidak sayang lagi ya
Kok segampang itu kamu ga mau sih, kamu gak mau bantu mama ya?
Fokus pada masalah
Ketika mendapat masalah, alih-alih mencari solusi, orang tua malah ngomel-ngomel dan mengeluh.
Solusi disuapi
Ketika anak menghadapi masalah, alih-alih mengajarkan anak untuk problem solving, orang tua malah membereskan masalah anak.
Selanjutnya, bagaimana caranya agar anak tidak memiliki mental korban?
Orang tua bisa segera menghentikan kekeliruan pengasuhan dengan cara memberikan teladan, berhenti mencari kesalahan diluar, mencoba mengevaluasi diri, latih anak untuk tetap proaktif dan fokus terhadap solusi.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Mie Ayam yang Benar-Benar Menggiurkan Banget di Kabupaten Jepara
Selain itu, orang tua bisa mengajarkan anak untuk melakukan review atau evaluasi, berikan perhatian yang cukup pada anak, ajarkan anak untuk melakukan copy mechanism yang sehat.***