Penderita ADHD cenderung berbicara berlebihan, misalnya menjawab pertanyaan sebelum ditanyakan sepenuhnya, selesaikan kalimat orang lain, atau bicaralah tanpa menunggu giliran pembicaraan.
Baca Juga: Inilah 6 Rawon Ternikmat di Klojen Malang, Berikut Lokasinya
Sebab, orang ADHD kerap mengalami kesulitan dalam menunggu giliran sehingga menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya dalam percakapan, permainan, atau aktivitas.
Penyedia layanan primer terkadang mendiagnosis dan mengobati ADHD. Mereka mungkin juga merujuk individu ke ahli kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog klinis, yang dapat melakukan evaluasi menyeluruh dan membuat diagnosis ADHD.
Agar seseorang dapat didiagnosis ADHD, gejala kurangnya perhatian dan/atau hiperaktif-impulsif harus bersifat kronis atau bertahan lama, mengganggu fungsi orang tersebut, dan menyebabkan orang tersebut tertinggal dalam perkembangan normal pada usianya.
Stres, gangguan tidur, kecemasan, depresi, dan kondisi atau penyakit fisik lainnya dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan ADHD. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab gejalanya.
Baca Juga: 7 Lokasi Gudeg Paling Terkenal di Jakarta, Rasanya Nikmat
Kebanyakan anak-anak dengan ADHD menerima diagnosis selama tahun-tahun sekolah dasar. Agar seorang remaja atau orang dewasa dapat didiagnosis ADHD, gejalanya harus sudah muncul sebelum usia 12 tahun.
Gejala ADHD dapat muncul antara usia 3 dan 6 tahun dan dapat berlanjut hingga masa remaja dan dewasa. Gejala ADHD dapat disalahartikan sebagai masalah emosional atau kedisiplinan atau tidak terjawab sama sekali pada anak-anak yang umumnya memiliki gejala kurangnya perhatian, sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis.
Orang dewasa dengan ADHD yang tidak terdiagnosis mungkin memiliki riwayat prestasi akademis yang buruk, masalah di tempat kerja, atau hubungan yang sulit atau gagal.