Hendropriyono Tanggapi Kericuhan di Capitol AS: Kapitalisme Justru Merusak Demokrasi itu Sendiri

8 Januari 2021, 09:58 WIB
Mantan Ketua BIN, Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono. /Instagram.com/@am.hendropriyono.

PR DEPOK - Baru-baru ini dunia internasional dihebohkan dengan kejadian unjuk rasa yang ricuh di Amerika Serikat (AS).

Demonstrasi besar-besaran tersebut terjadi saat pemerintah AS tengah menghitung suara electoral college.

Puncaknya terjadi saat ribuan massa pendukung Donald Trump menyerbu gedung Capitol dan bersorak meneriakkan kemenangan Donald Trump.

Baca Juga: Datang Lebih Cepat Dari Jadwal, Gisel Sudah Tiba di Polda Metro Jaya Sebelum Pukul 10.00 WIB

Keadaan chaos tersebut ternyata menyebar ke beberapa wilayah di negara bagian dengan massa pendukung Donald Trump yang mendominasi.

Bahkan beberapa penyerbu massa pendukung Donald Trump terang-terangan membawa senjata dan bersikap urakan. Lalu, kericuhan terjadi dimana-mana hingga bentrokan antara pendukung dengan anti-Donald Trump tak terelakkan.

Beberapa pejabat negara di sejumlah negara bagian juga dievakuasi karena didatangi oleh banyak massa.

Baca Juga: Serempak Sindir Fadli Zon Soal Konten Pornografi, Muannas dan Husin Minta Polisi Proses Secara Hukum

Menanggapi kabar kekacauan AS tersebut, banyak tokoh, pejabat hingga pemimpin dunia memberikan komentar yang menyayangkan kejadian tersebut terjadi di AS.

Banyak dari mereka yang menyebut bahwa peristiwa tersebut memalukan dan mencoreng sejarah demokrasi di AS.

Dari sekian pihak di dunia yang menanggapi berita itu, eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal TNI AM Hendropriyono salah satunya.

Baca Juga: Hari Ini Ba'asyir Bebas Murni, Ferdinand Sarankan untuk Dakwah Anti Radikalisme

Melalui akun Instagramnya @am.hendropriyono, ia menjelaskan terkait aksi kampungan dari ideologi kebebasan AS.

Dia menyampaikan ulang berita yang muncul di media internasional soal penyerbuan Gedung Capitol oleh massa pendukung Donald Trump.

"Aksi Rustic (kampungan) dari Ideologi Kebebasan AS. Pengikut Trump kemarin menyerbu gedung Capitol AS, menghentikan perhitungan electoral college kemenangan Biden," kata Hendropriyono seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com pada Jumat, 8 Januari 2021.

Baca Juga: Antam 2 Gram Turun Rp21 Ribu, Berikut Daftar Lengkap Harga Emas di Pegadaian, Jumat 8 Januari 2021

Dalam komentarnya tersebut, dia berpendapat bahwa aksi kampungan yang jelas-jelas tidak menggambarkan nilai ideologi yang dijunjung AS itu tidak mungkin terjadi tanpa adanya kekuatan politik uang.

"Aksi kampungan yg tidak mncerminkan nilai ideologi yg dijunjungnya itu, tidak mungkin bisa bergerak sendiri tanpa kekuatan politik keuangan," ucapnya menambahkan.

Sistem kapitalis tersebut menurut Hendropriyono yang justru merusak demokrasi itu sendiri. Nyatanya demokrasi dan kapitalisme merupakan dua hal yang berada di wilayah yang sama, yakni liberalisme.

Baca Juga: Jadwal Program Belajar dari Rumah oleh Kemendikbud yang Tayang di TVRI pada Jumat 8 Januari 2021

"Fakta tsb merupakan cermin, bhw kapitalisme justru yg merusak demokrasi itu sendiri. Kapitalisme dan demokrasi, berada dlm rumah yg sama, yaitu liberalisme," ujar Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) tersebut.

Fakta tersebut kemudian ia kaitkan dengan sistem Pancasila di Indonesia. Menurutnya Indonesia memiliki UUD 1945 yang merupakan rambu-rambu yang tangguh.

Rambu-rambu tersebut menurutnya dibuat untuk mewaspadai berkembangnya oligarki yang telah terjadi sejak 1998.

Baca Juga: Desak Risma Tangani ‘Manusia Silver’, Teddy Gusnaidi: Minta Jajaran Ibu Bina Mereka

"Karena itu kapitalisme di negara Pancasila adalah inkonstitusional. UUD 1945 merupakan rambu-rambu yg tangguh, utk mewaspadai berkembangnya oligarki dlm reformasi yg bergulir sejak 1998," kata Hendropriyono menjelaskan.

Pada akhir pernyataannya, bercermin dari peristiwa ricuhnya AS, ia berharap Indonesia bisa cepat kembali ke jatidiri sebagai bangsa Pancasila.

"Semoga di tahun 2021 ini kita bs cepat bantung setir, kembali ke jati diri sbg bangsa Pancasila dlm praktik kehidupan bgs yg Bhineka Tunggal Ika," ucap Guru Besar Sekolah Tinggi Hukum Militer tersebut.***

 

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Instagram @bpptkg

Tags

Terkini

Terpopuler