Kematian Global Akibat Covid-19 Capai 3 Juta Orang, Amerika Serikat, Brasil, dan Meksiko Mendominasi

18 April 2021, 10:47 WIB
Ilustrasi Covid-19. /Unsplash/Serj Sakharovskiy

PR DEPOK - Kabar mengejutkan datang dari dunia internasional yakni pandemi yang melanda sejak Desember 2019 hingga kini diketahui sudah merenggut hampir 3 juta jiwa di seluruh dunia.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari New York Times, angka kematian bisa mendekati 3 juta jiwa atau lebih tepatnya 2.990.993 jiwa untuk sejauh ini.

Masyarakat umumnya tidak mengira bahwa kejadian akan seperti ini dan bahkan tidak terduga sama sekali sejak kemunculan pertamanya 14 bulan yang lalu.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik dari Laga Chelsea vs Manchester City di Semifinal Piala FA

Berdasarkan laporan, kasus Covid-19 mengalami pelonjakan hingga hampir menembus 140 juta jiwa.

Kini, negara-negara dunia berusaha dan saling berlomba dalam menyiapkan vaksin untuk memperlambat laju infeksi yang tidak kunjung berhenti.

Terlebih varian varian baru Covid-19 yang berasal dari hasil mutasi sudah muncul, misalnya virus B117 yang ditemukan pertama kali di Inggris, lalu mulai menyebar ke Singapura, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Sebut Survei Iriana Jokowi Jadi Capres 2024 Sebuah Lelucon, Arief Munandar: Seolah Hina Kecerdasan Publik!

Saat ini, laju kematian akibat Covid-19 begitu cepat. Tercatat, setidaknya ada satu juta kematian yang terhitung hingga 28 September 2020, kemudian tiba-tiba meningkat secara drastis hingga dua juta kasus pada 21 Februari 2021.

Peningkatan tersebut bahkan terhitung hanya berjangka 5 bulan sejak terakhir kali pendataan dan hanya butuh kurang dari dua bulan untuk satu juta kasus yang terakhir.

Di antara sekian banyak negara yang terdampak Covid-19, Amerika Serikat, Brasil, dan Meksiko mendapat rekor sebagai negara dengan angka kasus kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia.

Baca Juga: Tegas Larang Mudik pada Libur Idulfitri Mendatang, Doni Monardo: Jangan Sampai Silaturahmi Berakhir Tragis

Di Amerika Serikat, sejak akhir pemerintahan Donald Trump hingga Joe Biden, terdapat 564.800 kasus kematian akibat Covid-19 yang telah dikonfirmasi, atau sebanyak satu dari 567 orang dan menjadi angka tertinggi dibandingkan negara lain.

Sedangkan, untuk negara tetangganya, seperti Brasil dan Meksiko, sekaligus pemegang rekor angka kematian akibat pandemi di bawah Amerika Serikat, dan negara Amerika Latin lainnya, yaitu Kolombia, Peru, Argentina, dan sebagainya tidak luput dari dampak virus berbahaya ini.

Sebagai catatan, angka kematian akibat Covid-19 di Mexico sudah berada di angka 211.000 kasus, sedangkan Brasil sudah mencapai 365.000 orang meninggal.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Gambar HRS Pakai Baju Tahanan dan Celana Pendek dengan Tangan Diborgol, Simak Faktanya

Sebagai perbandingan, Jepang yang memiliki populasi hampir sama dengan Meksiko, hanya mendapati kasus sebanyak 9.507 kematian.

Tentu jumlah tersebut sangat jauh bila dibandingkan dengan Meksiko bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian yang mencapai ratusan ribu.

Terlebih Brasil, dengan laju penyebaran virus yang cepat diakibatkan oleh virus varian baru yang sangat menular.

Akan tetapi, masalah tingginya angka kematian Covid-19 di Brasil, justru disumbangkan juga oleh permasalahan lain, misalnya konflik politik dan ketidakpercayaannya terhadap sains yang menyebabkan negara tersebut berada di posisi kedua angka kasus kematian Covid-19 setelah Amerika Serikat.

Baca Juga: Bima Arya Disebut Refly Tercatat Sejarah Penjarakan Habib Rizieq, Ferdinand: Bukan Soal Niat atau Tidak

Bila dihitung, angka rata-rata kematian di Brasil bisa mencapai 2.900 kasus per harinya.

Melihat uraian data tersebut, pemimpin Brasil dan Meksiko, sekaligus menjadi dua negara terbesar di kawasan benua Amerika, menepis anggapan bahaya tersebut dan menolak untuk menerapkan lockdown.

Di benua Asia, ada India, sekaligus menjadi negara yang berada di posisi keempat dengan angka kematian akibat virus corona, telah mencatat setidaknya ada 174.300 kasus tewas akibat terpapar Covid-19.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Gambar HRS Pakai Baju Tahanan dan Celana Pendek dengan Tangan Diborgol, Simak Faktanya

Informasi menyebutkan bahwa terdapat lonjakan di negara tersebut, dan memaksa pemerintahnya untuk melakukan penutupan atas migrasi besar lainnya dari kota-kota besar.

Kasus di United Kingdom (Inggris Raya), tidak kalah besar. Sebagai negara yang pertama kali mendeteksi kehadiran virus varian dari mutasi Covid-19 ini, akhirnya memutuskan untuk menghentikan lockdown.

Angka kematian terakhir yang tercatat adalah 127.100 kasus. Sudah sejak awal, Inggris Raya memberlakukan lockdown dengan ketat dan menjadi terpanjang di dunia.

Baca Juga: Bima Arya Disebut Refly Tercatat Sejarah Penjarakan Habib Rizieq, Ferdinand: Bukan Soal Niat atau Tidak

Berikutnya datang dari Italia yang sempat menjadi pusat episentrum virus hingga menimbulkan kekhawatiran besar di Eropa sebagian besar.

Catatan terakhir yang telah dikonfirmasi menunjukan bahwa Italia mengalami 116.000 kematian warganya akibat Covid-19.

Hampir serupa dengan Inggris, Swedia yang memutuskan untuk melakukan pendekatan longgar setelah disepakati oleh pejabat tinggi di sana, mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Baca Juga: Muncul Dugaan Pelanggaran Protokol Kesehatan Jennie BLACKPINK, YG Entertainment Buka Suara

Terdapat kasus baru yang berujung pada kematian beberapa waktu yang lalu, hingga berujung pada meningkatnya angka kematian dan menyentuh angka 13.700.

Ketika kabar varian virus yang cukup berbahaya menyebar, beberapa negara maju berlomba-lomba untuk memvaksinasi penduduknya secepat mungkin.

Hingga kini, tercatat lebih dari 841 juta dosis vaksin telah dibagikan ke berbagai negara. Walaupun begitu, beberapa negara masih belum melaporkan penerimaan satu dosis pun.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: New York Times

Tags

Terkini

Terpopuler