Spesies Dinosaurus Terbesar di Dunia Ditemukan, Tingginya Sauropoda Diperkirakan seperti Gedung 2 Lantai

8 Juni 2021, 21:28 WIB
Temuan tulang belulang dinosaurus. /Eromanga Natural History Museum/Reuters

PR DEPOK – Spesies dinosaurus baru yang bernama sauropoda ditemukan di Australia dan menjadi penemuan spesies dinosaurus terbesar di dunia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Para ilmuwan telah mengonfirmasi penemuan spesies dinosaurus ini, dan diketahui bahwa tulang sauropoda pertama kali ditemukan oleh peternak sapi
Berdasarkan makalah penelitian yang diterbitkan pada Senin 7 Juni 2021.

Sauropoda merupakan spesies dinosaurus pemakan tumbuhan yang hidup pada periode Kapur antara 92 juta dan 96 juta tahun yang lalu ketika Australia melekat pada Antartika.

Baca Juga: Survei Capres 2024: Elektabilitas Prabowo Tertinggi, Puan Maharani dan Airlangga Hartarto Sangat Rendah

Sementara itu, ahli paleontologi memperkirakan sauropoda adalah spesies dinosaurus yang memiliki tinggi pinggul sekitar 5 hingga 6,5 meter dan panjang tubuh 25-30 meter, membuatnya sepanjang lapangan basket dan setinggi gedung dua lantai.

Dengan ditemukannya sauropoda, maka menjadi spesies baru dinosaurus terbesar yang pernah ditemukan di Australia dan menempatkannya dalam lima besar di dunia, bergabung dengan kelompok elite titanosaurus yang sebelumnya hanya ditemukan di Amerika Selatan.

"Penemuan seperti ini hanyalah puncak gunung es," kata kurator dan paleontolog Museum Queensland, Scott Hocknull sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters

Baca Juga: Makin Kokoh di Bursa Capres, Prabowo Subianto Raih Elektabilitas Tertinggi Survei IndEX Research.

Ahli paleontologi menamai sauropoda  pada spesies dinosaurus ini berdasarkan Australotitan cooperensis.

Nama sauropoda merupakan gabungan dari titan selatan dengan nama sungai di dekat tempat tulang-tulang makhluk itu ditemukan pada 2006 di sebuah peternakan sapi di Eromanga, Negara Bagian Queensland.

Konfirmasi spesies dinosaurus baru menandai perjalanan panjang 17 tahun untuk pertama kali menggali dan kemudian membandingkan tulang belulang Cooper sebagai dinosaurus yang lebih dikenal secara informal, dengan temuan lain.

Baca Juga: Ramalan Cinta 6 Zodiak Rabu, 9 Juni 2021 : Pisces, Jujur pada Pasangan Jangan Tutupi Kebenaran

Ia menjelaskan bahwa, akibat tulang spesies dinosaurus ini sangat besar, berat dan rapuh, dan disimpan di museum di seluruh dunia, membuat studi ilmiah menjadi sulit.

Sebelumnya, tim dari Eromanga Natural History Museum dan Museum Queensland menggunakan teknologi digital baru untuk pertama kalinya untuk memindai secara tiga dimensi setiap tulang untuk perbandingan.

"Untuk memastikan Australotitan adalah spesies yang berbeda, kami perlu membandingkan tulangnya dengan tulang spesies lain dari Queensland dan secara global. Ini adalah tugas yang sangat panjang dan melelahkan," kata Hocknull.

Baca Juga: Minta Publik Kawal Masalah 75 Pegawai KPK, Mardani Ali: Jangan Sampai Dimanfaatkan Tekan Lawan Politik

Hocknull mengatakan bahwa spesimen dinosaurus yang lebih besar sedang menunggu untuk ditemukan, mengingat sauropoda pemakan tumbuhan umumnya dimangsa oleh theropoda besar.

"Kami telah menemukan beberapa dinosaurus theropoda kecil di Australia tetapi itu tidak akan mengganggu Australotitan, yang menunjukkan bahwa ada dinosaurus pemangsa yang sangat besar di suatu tempat. Kami hanya belum menemukannya," ujarnya.

Sementara itu, Robyn Mackenzie bersama suaminya Stuart di tanah milik mereka ketika mereka menemukan tulang-belulang itu, mendirikan Eromanga Natural History Museum untuk menampung temuan itu.

Baca Juga: Kenang 100 Tahun Soeharto, Musni Umar: sebagai Aktivis yang Pernah Dipenjara, Saya Telah Maafkan

Menurutnya, ada sebuah petak penemuan lebih lanjut dari kerangka dinosaurus di daerah itu, bersama dengan rak batu yang diyakini sebagai jalur sauropoda.

Namun imuwan masih terus dilakukan studi ilmiah lanjutan yang intensif.

"Palaeo Tourism telah berkembang pesat secara global sehingga kami mengharapkan banyak minat internasional ketika perbatasan kami dibuka kembali," kata Mackenzie, yang sekarang menjadi ahli paleontologi lapangan.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler