Para Imigran di Kamp Penahanan Libya Dipaksa Berhubungan Badan untuk Dapatkan Makanan dan Air

15 Juli 2021, 08:40 WIB
Ilustrasi Imigran Libya. /Reuters/

PR DEPOK - Beredar informasi bahwa para imigran yang dicegat di Mediterania dan turun di Libya pada tahun 2020 dan 2021 mendapatkan kekerasan seksual untuk mendapatkan makanan maupun air bersih.

Para imigran di kamp-kamp penahanan di Libya tersebut dipaksa berhubungan badan untuk menukarnya dengan makanan maupun air bersih.

Seperti yang dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari reuters, Amnesty Internasional mengatakan pada hari Kamis bahwa para imigran yang ditahan di kamp-kamp penahanan Libya menjadi sasaran kekerasan seksual yang mengerikan di tangan para menjaga.

Hal tersebut menunjukan kondisi yang buruk di kamp-kamp penahanan itu meskipun baru-baru ini ditempatkan di bawah kendali kementerian dalam negeri Libya.

Baca Juga: 6 Saran Ketua KPK Firli Bahuri Bagi Pelaksanaan Vaksinasi Mandiri dan Gotong-Royong, Guna Cegah Korupsi

Ada pun seruan penutupan terkait hal tersebut dari Paus Fransiskus dan Sekretaris Jenderal PBB yaitu Antonio Guterres.

Seorang wanita menerangkan kepada Amnesty bahwa salah satu dari beberapa penjaga di dalam memperkosa atau memaksa wanita melakukan hubungan badan dengan imbalan pelepasan mereka atau air bersih.

"Mungkin anda ingin air segar dan tempat tidur, biarkan saya berhubungan badan dengan anda, jadi saya bisa membebaskan anda," kata penjaga kamp dari keterangan seorang wanita di kamp kepada Amnesty Internasional.

Temuan itu berasal dari wawancara dengan 53 pengungsi dan imigran yang berusia antara 14 sampai 50 tahun dari negara-negara seperti Nigeria, Somalia, dan Suriah yang sebagian besar masih berada di Libya yang dapat melarikan diri dari kamp atau memiliki akses telepon.

Baca Juga: Konsultasi ke Dokter atau Tenaga Medis Wajib Dilakukan Pasien Covid-19 Supaya Bisa Ditangani Secara Tepat

Ada pun beberapa wanita hamil di dalam kamp mengatakan kepada Amnesty bahwa mereka telah berulang kali diperkosa oleh penjaga.

Sementara itu untuk para pria dipaksa hanya mengenakan pakaian dalam dengan tujuan mempermalukan mereka, termasuk juga anak laki-laki diraba-raba, didorong dan juga dilanggar.

Perlakuan tidak manusiawi tersebut mengikuti banyak laporan sejak 2017 terkait segala bentuk penyiksaan baik itu pemukulan, kurangnya asupan makanan dan lain sebagainya.

Amnesty Internasional mengatakan penjaga pantai Libya yang didanai Uni Eropa telah mencegat di laut dan mengembalikannya ke Libya sekitar 15.000 orang dalam enam bulan pertama tahun 2021.

Baca Juga: Cara Dapat Token Listrik Gratis hingga September 2021 Secara Online Melalui stimulus.pln.co.id

Jumlah yang didapatkan pada tahun 2021 lebih banyak dari tahun 2020 lalu.

Meskipun ada gencatan senjata antara faksi-faksi Libya yang bertikai sejak Oktober sebagai bagian dari rencana perdamaian yang didukung oleh PBB setelah jatuhnya Muammar Gaddafi di tahun 2011, kelompok bersenjata masih memegang kekuasaan di lapangan.

Hal tersebut juga berlaku dengan adanya kendali di beberapa kamp Imigran setempat.

Seperti yang dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari reuters, Beberapa anggota parlemen Uni Eropa telah mendesak Komisi Eropa untuk berhenti mendanai penjaga pantai dan juga mengatakan bahwa Libya bukanlah negara yang aman bagi para imigran.***

Editor: Muhamad Gilang Priyatna

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler