PR DEPOK - Informasi yang salah dan kebohongan tentang vaksin Covid-19 telah menyebar ke media sosial dan seterusnya.
William Schaffner, seorang profesor kedokteran dari Vanderbilt University Medical Center mengatakan bahwa informasi salah tentang vaksin Covid-19 yang beredar tak sedikit orang merasa parno.
Menurutnya informasi-informasi salah yang mereka percayai tentang vaksin Covid-19 ini temui dari media sosial bahkan dari percakapan antar tetangga yang membuat banyak orang ragu.
Baca Juga: Kritik Pemberian Obat Gratis, dr Eva: Malah Buat Kacau, Harusnya RS dan Puskesmas yang Dilengkapi
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Healtline, Minggu 18 Juli 2021, berikut adalah beberapa mitos populer yang beredar di masyarakat luas tentang vaksin Covid-19.
1. Vaksin tidak berfungsi
Robert Amler, dekan Fakultas Ilmu dan Praktik Kesehatan New York Medical College mengatakan banyak bukti menunjukkan bahwa vaksin telah menyebabkan pengurangan penyakit di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Menurutnya melalui vaksinasi massal yang dilakukan, tingkat Covid-19 telah menurun secara drastis pada kuartal kedua tahun 2021.
“Kami tahu apa profil keamanannya, dan kami tahu saat kami menggunakan lebih banyak vaksin, kasus berkurang, rawat inap turun, dan begitu juga kematian, jadi itu bukti bahwa mereka benar-benar berhasil,” uacap William Schaffner.
2. Vaksin menyebabkan varian Covid-19
Berdasarkan fakta, virus Covid-19 itu sendiri yang memproduksi variannya, bukan virusnya.
Schaffner menjelaskan bahwa virus pada manusia berkembang biak dan menciptakan virus baru yang menghasilkan variasi genetik, dalam artian yang menciptakan varian tersebut adalah virusnya dan bukan vaksin.
“Faktanya, vaksin kami saat ini melindungi terhadap varian tersebut dengan cukup efektif, sejauh ini. varian akan menyebar di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, ”ucap Schaffner.
3. Vaksin bisa buat mandul
Menurut Robert Amler, selama beberapa dekade, risiko infertilitas telah digunakan sebagai cara untuk menakut-nakuti orang.
“Mitos ini salah dalam hal ini karena vaksin tidak mendekati DNA dalam sel Anda,” jelas Schaffner.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengadakan kelompok ahli nasional tentang semua aspek reproduksi dan melihat vaksin Covid-19.
ACOG menyimpulkan bahwa vaksin harus ditawarkan dan aman bagi orang yang berpikir untuk hamil, ingin hamil, sedang hamil, atau sedang menyusui.
4. Dalam vaksin Covid-19 terdapat microchip untuk melacak
Teori konspirasi tentang pemerintah yang menggunakan vaksin untuk melacak orang di balik gagasan itu salah.
“Secara fisik, chip tidak cukup kecil sehingga bisa disuntik dengan jarum. Ayo dapatkan vaksinnya agar terhindar dari penyakit jahat. Tidak ada yang lebih rumit dari itu," ucap Schaffner.
5. Vaksin menyebabkan autisme
Pada tahun 1998, dokter Inggris Andrew Wakefield melakukan penelitian yang mengklaim adanya hubungan antara autisme dan vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR).
Sementara penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Lancet yang bereputasi baik, kemudian penelitian tersebut ditarik kembali dan ditemukan tidak etis dan tidak faktual. Wakefield juga kehilangan lisensinya di Inggris.
“Ini terbukti tidak benar, sebagaimana dibuktikan oleh sejumlah besar investigasi peer-review dan diterbitkan. Para pelaku mitos khusus ini telah didiskreditkan secara luas,” kata Amler.
Namun, informasi yang salah dari Wakefield tersebut terus menyebar selama beberapa dekade.
6. Vaksin Covid-19 menulis ulang DNA
Sementara mRNA mengirimkan informasi ke tubuh di dalam sel, Schaffner menjelaskan bahwa mRNA tidak mendekati inti sel, dimana DNA berada.
“Itu menjauh dari itu. Itu tidak berinteraksi dengan DNA sama sekali. Itu hanya memberikan pesan ke alat pengembang protein di sel kita. Jadi, ia mengirimkan pesannya dan kemudian hancur, ”kata Schaffner.
7. Vaksin Covid-19 akan menyebabkan komplikasi jangka panjang
Schaffner mengatakan dari daftar panjang vaksin yang telah digunakan selama beberapa dekade, tidak ada yang terbukti menciptakan efek jangka panjang.
“Efek samping yang terkait dengan sebagian besar vaksin menjadi jelas dalam dua hingga tiga bulan setelah pemberian vaksin," ucap Amier.
"Kami melampaui itu sekarang dengan vaksin covid, dan telah memberikan jutaan dosis, jadi kami tahu apa profil efek sampingnya,”ujarnya menambahkan.
Menurut Schaffner, Sistem Pelaporan Kejadian Merugikan Vaksin (VAERS) di Amerika Serikat (AS) terus bekerja untuk mengantisipasi vaksin Covid-19.
“Sistem mengambil peristiwa yang sangat langka ini. Kami menyelidiki mereka, dan kami berbicara secara transparan tentang mereka kepada orang-orang, sehingga mereka tahu apa tingkat resikonya, dan komunitas medis dapat mengenali dan mengobatinya,” tutur dia.***