7 Informasi Populer Tentang Vaksin Covid-19 Ini Ternyata Mitos, Begini Penjelasannya

18 Juli 2021, 14:25 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. /Freepik/rawpixel./

PR DEPOK - Informasi yang salah dan kebohongan tentang vaksin Covid-19 telah menyebar ke media sosial dan seterusnya.

William Schaffner, seorang profesor kedokteran dari Vanderbilt University Medical Center mengatakan bahwa informasi salah tentang vaksin Covid-19 yang beredar tak sedikit orang merasa parno.

Menurutnya informasi-informasi salah yang mereka percayai tentang vaksin Covid-19 ini temui dari media sosial bahkan dari percakapan antar tetangga yang membuat banyak orang ragu.

Baca Juga: Kritik Pemberian Obat Gratis, dr Eva: Malah Buat Kacau, Harusnya RS dan Puskesmas yang Dilengkapi

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Healtline, Minggu 18 Juli 2021, berikut adalah beberapa mitos populer yang beredar di masyarakat luas tentang vaksin Covid-19.

1. Vaksin tidak berfungsi

Robert Amler, dekan Fakultas Ilmu dan Praktik Kesehatan New York Medical College mengatakan banyak bukti menunjukkan bahwa vaksin telah menyebabkan pengurangan penyakit di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

Menurutnya melalui vaksinasi massal yang dilakukan, tingkat Covid-19 telah menurun secara drastis pada kuartal kedua tahun 2021.

Baca Juga: Apresiasi Luhut Minta Maaf Soal PPKM Darurat Tak Optimal, Gus Nadir: Rasanya Jarang Sejak Awal Pandemi

“Kami tahu apa profil keamanannya, dan kami tahu saat kami menggunakan lebih banyak vaksin, kasus berkurang, rawat inap turun, dan begitu juga kematian, jadi itu bukti bahwa mereka benar-benar berhasil,” uacap William Schaffner.

2. Vaksin menyebabkan varian Covid-19

Berdasarkan fakta, virus Covid-19 itu sendiri yang memproduksi variannya, bukan virusnya.

Schaffner menjelaskan bahwa virus pada manusia berkembang biak dan menciptakan virus baru yang menghasilkan variasi genetik, dalam artian yang menciptakan varian tersebut adalah virusnya dan bukan vaksin.

Baca Juga: Terkejut Luhut Minta Maaf, Ainun Najib: Apakah Jadi Pemimpin Nasional Pertama yang Minta Maaf Selama Pandemi?

“Faktanya, vaksin kami saat ini melindungi terhadap varian tersebut dengan cukup efektif, sejauh ini. varian akan menyebar di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, ”ucap Schaffner.

3. Vaksin bisa buat mandul

Menurut Robert Amler, selama beberapa dekade, risiko infertilitas telah digunakan sebagai cara untuk menakut-nakuti orang.

“Mitos ini salah dalam hal ini karena vaksin tidak mendekati DNA dalam sel Anda,” jelas Schaffner.

Baca Juga: Makanan Populer yang Tidak Boleh Dikonsumsi Memasuki Usia 50 Tahun, Daging yang Diawetkan Salah Satunya

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengadakan kelompok ahli nasional tentang semua aspek reproduksi dan melihat vaksin Covid-19.

ACOG menyimpulkan bahwa vaksin harus ditawarkan dan aman bagi orang yang berpikir untuk hamil, ingin hamil, sedang hamil, atau sedang menyusui.

4. Dalam vaksin Covid-19 terdapat microchip untuk melacak

Teori konspirasi tentang pemerintah yang menggunakan vaksin untuk melacak orang di balik gagasan itu salah.

Baca Juga: Fakta Kematian Akibat Covid-19 Varian Delta di AS, Didominasi oleh Penduduk yang Belum Jalani Vaksinasi

“Secara fisik, chip tidak cukup kecil sehingga bisa disuntik dengan jarum. Ayo dapatkan vaksinnya agar terhindar dari penyakit jahat. Tidak ada yang lebih rumit dari itu," ucap Schaffner.

5. Vaksin menyebabkan autisme

Pada tahun 1998, dokter Inggris Andrew Wakefield melakukan penelitian yang mengklaim adanya hubungan antara autisme dan vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR).

Sementara penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Lancet yang bereputasi baik, kemudian penelitian tersebut ditarik kembali dan ditemukan tidak etis dan tidak faktual. Wakefield juga kehilangan lisensinya di Inggris.

Baca Juga: Tak Habis Pikir dengan Hujatan Leslar Lovers, Anisa Bahar: Ampun, Seakan Aku Hina Banget di Mata Mereka

“Ini terbukti tidak benar, sebagaimana dibuktikan oleh sejumlah besar investigasi peer-review dan diterbitkan. Para pelaku mitos khusus ini telah didiskreditkan secara luas,” kata Amler.

Namun, informasi yang salah dari Wakefield tersebut terus menyebar selama beberapa dekade.

6. Vaksin Covid-19 menulis ulang DNA

Sementara mRNA mengirimkan informasi ke tubuh di dalam sel, Schaffner menjelaskan bahwa mRNA tidak mendekati inti sel, dimana DNA berada.

Baca Juga: Sebut Hanya PDIP yang Punya Kemampuan Gulingkan Rezim, Arief: Mimpi Lah Kalian Semua yang Ingin Jokowi Jatuh

“Itu menjauh dari itu. Itu tidak berinteraksi dengan DNA sama sekali. Itu hanya memberikan pesan ke alat pengembang protein di sel kita. Jadi, ia mengirimkan pesannya dan kemudian hancur, ”kata Schaffner.

7. Vaksin Covid-19 akan menyebabkan komplikasi jangka panjang

Schaffner mengatakan dari daftar panjang vaksin yang telah digunakan selama beberapa dekade, tidak ada yang terbukti menciptakan efek jangka panjang.

“Efek samping yang terkait dengan sebagian besar vaksin menjadi jelas dalam dua hingga tiga bulan setelah pemberian vaksin," ucap Amier.

Baca Juga: Kendarai Truk Besar Saat Syuting, Michelle Ziudith Ungkap Sempat Hampir Kecelakaan Bersama Rizky Nazar

"Kami melampaui itu sekarang dengan vaksin covid, dan telah memberikan jutaan dosis, jadi kami tahu apa profil efek sampingnya,”ujarnya menambahkan.

Menurut Schaffner, Sistem Pelaporan Kejadian Merugikan Vaksin (VAERS) di Amerika Serikat (AS) terus bekerja untuk mengantisipasi vaksin Covid-19.

“Sistem mengambil peristiwa yang sangat langka ini. Kami menyelidiki mereka, dan kami berbicara secara transparan tentang mereka kepada orang-orang, sehingga mereka tahu apa tingkat resikonya, dan komunitas medis dapat mengenali dan mengobatinya,” tutur dia.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Healthline

Tags

Terkini

Terpopuler