Muncul Laporan Vaksin Moderna Diduga Berisiko Timbulkan Peradangan Jantung, AS Lakukan Penyelidikan

20 Agustus 2021, 15:05 WIB
Vaksin Covid-19 Moderna. /Eduardo Munoz/Reuters

PR DEPOK – Baru-baru ini tersiar kabar bahwa vaksin Moderna memiliki efek samping yakni risiko peradangan jantung di Amerika Serikat (AS).

Mengetahui hal tersebut, pejabat kesehatan AS segera menyelidiki laporan terkait resiko peradangan jantung yang disebabkan vaksin Moderna.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara, kabar risiko vaksin Moderna tersebut diketahui pada, Kamis 19 Agustus 2021 malam.

Baca Juga: Tambah Pasokan di Sukabumi dan Cianjur, Pertamina Pastikan Stok LPG 3 Kg Aman Jelang Lebaran

Dari hasil tinjauan Washington Post, risiko peradangan jantung akibat vaksin Moderna ini bisa menimpa orang dewasa muda dengan tingkat risiko yang tinggi.

Dari laporan yang mengutip salah satu sumber, dijelaskan bahwa terlalu dini bagi regulator obat untuk mengambil kesimpulan.

Maka dari itu, perlu dilakukan usaha ekstra sebelum membuat rekomendasi.

Untuk diketahui, regulator kesehatan AS pada Juni lalu menyatakan peringatan pada literatur yang menyebutkan bahwa vaksin mRNA buatan Moderna dan vaksin Pfizer memiliki risiko peradangan jantung yang lebih terlihat pada pria muda.

Baca Juga: BNI Terapkan Teknologi Block-Chain dari J.P. Morgan, Kini Kirim Uang Semakin Mudah

Pasalnya, menurut pihak terkait, manfaat vaksin dalam mencegah Covid-19 jauh lebih besar dibandingkan dengan risiko vaksin Covid-19.

Tercatat, kemungkinan terjadi peristiwa miokarditis 2,5 lebih tinggi pada penerima vaksin Moderna dibanding dengan vaksin Pfizer.

Sementara itu, berdasarkan data penyelidikan di Kanada menunjukkan bahwa risiko miokarditis khususnya mungkin lebih tinggi bagi kaum pria di bawah usia 30 atau lebih.

Sejauh ini, Moderna dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) tidak langsung menanggapi informasi terkait risiko vaksin Moderna tersebut.

Baca Juga: Sebut Duet Prabowo-Puan Dimungkinkan untuk Diduetkan pada Pilpres 2024, Pengamat: Namanya Politik, Bisa Saja

Sementara itu, terkait vaksinasi Covid-19, pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa berdasarkan data saat ini, tidak diperlukan suntikan ketiga vaksin Covid-19.

Pasalnya, WHO berpendapat ada kelompok orang-orang paling rentan di seluruh dunia sudah terlebih dulu mendapatkan vaksin lengkap sebelum negara-negara berpenghasilan tinggi melakukannya.

Hal ini terungkap sebelum pemerintah AS berencana melakukan vaksinasi tahap ketiga bagi seluruh warga AS mulai 20 September saat infeksi akibat varian Delta melonjak.

Baca Juga: Sanksi untuk ASN yang Nekat Mudik, Wagub DKI Jakarta: Lebaran Bisa Secara Virtual

Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan turut membenarkan bahwa suntikan tahap ketiga tidak diperlukan.

"Secara gamblang kami meyakini bahwa data saat ini tidak mengindikasikan perlunya (suntikan) penguat. Namun butuh penelitian lebih lanjut," ucapnya.

Sedangkan, penasihat senior WHO, Bruce Aylward menyoroti soal vaksinasi Covid-19 di negara-negara berpenghasilan tinggi.

"Ada cukup vaksin di seluruh dunia, tetapi (vaksin) itu tidak didistribusikan ke lokasi yang tepat dalam urutan yang benar," ujarnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler