Meski Bersitegang, Inggris Siap Ikuti Langkah Rusia-China Terapkan Pengaruh Moderat ke Taliban

22 Agustus 2021, 10:30 WIB
Menlu Inggris Dominic Raab. /REUTERS/Hannah McKay.

PR DEPOK - Pemerintah Inggris segera beralih bersama Rusia dan China untuk menerapkan pengaruh moderat atas kelompok militan Islamis Taliban.

Meskipun demikian, terdapat ketidakpercayaan antara pemerintah Inggris dengan pemerintah-pemerintah Rusia dan China.

Hal tersebut dilontarkan langsung oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Dominic Raab baru-baru ini.

Baca Juga: Berkaca dari Konflik Taliban di Afghanistan, Fahri Hamzah: Bersyukur…

"Kita harus membawa negara-negara dengan pengaruh yang berpotensi moderat seperti Rusia dan China, betapapun tidak nyamannya itu," kata Dominic Raab sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Diketahui sebelumnya, Taliban telah mengambilalih tumpu kekuasaan rezim yang didukung AS di Afghanistan pada akhir pekan lalu.

Hal itu mengakibatkan ribuan orang Afghanistan melarikan diri dan berpotensi menggembar-gemborkan kembalinya kekuasaan militan dan otokratis dua dekade lalu.

Pasukan Inggris telah mengevakuasi 3.821 orang dari Kabul sejak 13 Agustus lalu, menurut Kementerian Pertahanan Inggris, termasuk 1.323 orang yang berhasil mencapai Inggris.

Baca Juga: Unggah Surat dari Gadis Remaja Afghanistan, Angelina Jolie: Sungguh Muak Lihat Mereka Terlantar Lagi

Jumlah tersebut termasuk staf kedutaan, warga negara Inggris dan mereka yang memenuhi syarat di bawah program Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP).

Di lain sisi, Inggris dan China baru-baru ini berselisih atas berbagai masalah, termasuk Hong Kong dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok etnis Uyghur China.

Hubungan antara London dan Moskow juga telah membeku sejak insiden keracunan 2018 dengan agen saraf yang dikembangkan Soviet dan dikenal sebagai Novichok dari mantan agen ganda Sergei Skripal.

Untuk diketahui, Sergei Skripal adalah seorang agen yang mengkhianati ratusan agen Rusia ke layanan mata-mata asing MI6 Inggris.

Baca Juga: Eks Koruptor Dipilih Jadi Penyuluh Anti Korupsi, Bambang Widjojanto: Apa Kita Sedang Ditinggikan Kedunguannya?

Hubungan antara Inggris dan Rusia semakin memburuk setelah seorang jurnalis BBC yang bekerja di Moskow diperintahkan untuk meninggalkan negara itu.

Sementara itu, mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan bahwa "pengabaian" Afghanistan adalah "tragis, berbahaya, tidak perlu, bukan demi kepentingan mereka dan bukan kepentingan kita."

Mantan perdana menteri, yang mengirim pasukan Inggris ke Afghanistan pada tahun 2001, mengatakan keputusan untuk mundur didorong bukan sebab strategi tetapi oleh politik.

Blair menambahkan bahwa Inggris memiliki refleksi serius untuk dilakukan setelah apa yang dia sebut sebagai "tanpa konsultasi" oleh AS dalam keputusan untuk menarik diri dari Afghanistan.

Baca Juga: Kapan Gelombang 19 Kartu Prakerja Dimulai? Berikut ini Bocoran Estimasi Jadwalnya

"Kami (Inggris) berisiko terdegradasi ke divisi kedua kekuatan global. Mungkin kami tidak keberatan," ujarnya.

"Tapi setidaknya kami harus mengambil keputusan dengan hati-hati," tutur Blair dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Sabtu kemarin.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler