Rasa Ketidakpastian Selimuti Warga Afghanistan yang Berhasil Dievakuasi ke Qatar

22 Agustus 2021, 11:09 WIB
Seorang wanita Afghanistan yang dievakuasi menyembunyikan identitasnya karena khawatir akan keselamatan keluarga di Afghanistan. /REUTERS/Alexander Cornwell.

PR DEPOK - Beberapa warga Afghanistan yang berhasil kabur dari negara mereka pada pekan ini telah berbicara mengenai keputusasaan dan ketidakpastian.

Warga Afghanistan itu mengungkapkannya karena telah meninggalkan orang yang mereka cintai dan masa depan yang tidak pasti di depan setelah pengambilalihan cepat oleh Taliban.

Kemajuan Taliban telah menyebabkan evakuasi massal warga Afghanistan dan orang asing di tengah kekhawatiran akan pembalasan dan kembalinya interpretasi keras terhadap hukum Islam.

Baca Juga: Unggah Surat dari Gadis Remaja Afghanistan, Angelina Jolie: Sungguh Muak Lihat Mereka Terlantar Lagi

"Sangat sulit untuk meninggalkan negara saya. Saya mencintai negara saya," kata seorang wanita bercadar di Doha, Qatar sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sebelum Taliban tiba, dirinya tidak pernah berharap untuk pergi ke mana pun.

Perempuan itu mengatakan dia melarikan diri bersama suaminya, seorang dokter gigi, dan tiga anaknya.

Dijelaskannya, alasan dia meninggalkan Afghanistan karena khawatir pekerjaannya dengan organisasi kemanusiaan internasional akan menjadikan target Taliban.

Baca Juga: Meski Bersitegang, Inggris Siap Ikuti Langkah Rusia-China Terapkan Pengaruh Moderat ke Taliban

Dia menggambarkan adegan traumatis di bandara Kabul ketika ribuan orang berteriak-teriak untuk naik ke penerbangan evakuasi.

Pada satu titik ketika kerumunan mencoba bergegas ke bandara, kenangnya, seorang pria yang berdiri di sebelahnya ditembak di kaki oleh orang-orang militer.

Perempuan itu adalah satu dari beberapa ratus pengungsi yang sementara ditempatkan di kompleks perumahan di Doha yang dikunjungi oleh Reuters.

Untuk diketahui, pemerintah Qatar menampung ribuan pengungsi Afghanistan sampai mereka dapat memasuki negara ketiga.

Baca Juga: Berkaca dari Konflik Taliban di Afghanistan, Fahri Hamzah: Bersyukur…

Sementara itu, seorang pria menuturkan dirinya tidak berharap lebih terhadap Taliban bakal menepati janji mereka, termasuk hak-hak hak-hak perempuan dan amnesti yang bekerja di pemerintahan atau dengan orang asing.

"Yang paling mengganggu adalah tidak banyak harapan untuk masa depan," kata pria yang tiba di Doha pekan ini bersama istri, tiga anak, orang tua, dan dua saudara perempuannya.

Pria itu mengatakan dia takut jika harus tetap tinggal di Afghanistan. Menurutnya dirinya juga akan menjadi target Taliban, sebagian karena pekerjaannya dengan perusahaan internasional.

Baca Juga: Tak Sangka Hampir Meninggal karena Covid-19, Deddy Corbuzier: Sangat Kecewa, Orang Seperti Saya Bisa Begitu

"Ini akan menjadi kehidupan yang sangat, sangat berbeda dan menantang di depan kita," tutur dia menambahkan.

Orang-orang Afghanistan yang berbicara dengan Reuters di Doha semuanya meminta anonimitas karena kekhawatiran bagi anggota keluarga yang masih di Afghanistan.

"Tidak mudah karena mereka tidak aman. Ada banyak harapan pada saya untuk membantu mereka keluar dari sana dan kadang-kadang Anda benar-benar melihat diri Anda benar-benar tidak berdaya," kata pria itu lagi.

Baca Juga: Sepekan Kuasai Afghanistan, Uni Eropa Tegas Tak Ada Pengakuan Terhadap Taliban

Seorang pria lain, seorang mahasiswa hukum tahun kedua, berbicara tentang penjarahan oleh Taliban ketika mereka menguasai Kabul.

Ia mengatakan bahwa dirinya telah melihat gerilyawan bersenjata mengintimidasi orang-orang dalam perjalanan mereka ke bandara.

Dievakuasi ke Qatar bersama saudara perempuannya, dia tidak tahu bagaimana dia bisa menyelesaikan studinya.

Dirinya juga meninggalkan istrinya, yang dia nikahi dalam panggilan video sebelum dievakuasi.

Baca Juga: Kapan Gelombang 19 Kartu Prakerja Dimulai? Berikut ini Bocoran Estimasi Jadwalnya

"Pikiran kami kembali ke rumah karena keluarga kami tetap tinggal. Istri saya ada di sana. Orang tua saya ada di sana, saudara-saudara saya," tuturnya.

"Saya hanya berharap mereka dievakuasi, seandainya itu tidak terjadi dan ada yang tidak beres, saya pikir saya harus kembali," ujarnya lagi.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler