Pascaupaya Kudeta Militer Gagal, Ribuan Rakyat Sudan Mulai Berunjuk Rasa

1 Oktober 2021, 07:07 WIB
Ilustrasi - Ribuan massa melakukan unjuk rasa setelah upaya kudeta di Sudan gagal dilakukan. /Pixabay/mmamontov.

PR DEPOK - Baru-baru ini dilaporkan sebanyak ribuan orang di Sudan melakukan aksi unjuk rasa setelah upaya kudeta militer gagal dilakukan.

Diketahui kudeta terjadi di Sudan, di mana para pejabat sipil menyalahkan para militer yang setia kepada pemerintah sebelumnya Omar al-Bashir.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera, Jumat 1 Oktober 2021, diperkirakan 20.000 orang berkumpul di Khartoum, di antaranya datang dengan kereta api dari wilayah Atbara dan Madani.

Baca Juga: Sisa Saldo Pelatihan Kartu Prakerja Bisa Dicairkan? Simak Penjelasannya Berikut ini

Kerumunan ribuan orang merayakan kedatangan kereta dari Madani, memanjat ke atas, dan mengibarkan bendera nasional Sudan.

Dikabarkan para demonstran lantas meneriakkan "militer adalah tentara Sudan, bukan tentara Burhan".

Hal itu mengacu Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin militer Sudan dan Dewan Kedaulatan Pemerintah Transisi Sudan.

“Kami datang hari ini untuk memblokir kudeta dan mencapai pemerintahan sipil,” kata Eman Salih, seorang mahasiswa.

Baca Juga: Novel Baswedan Cs Jalan Kaki Sejauh 750 Meter usai Resmi Dipecat KPK, Said Didu: Tetap dengan Kepala Tegak

“Kami tidak akan membiarkan militer mengendalikan revolusi kami dan menghancurkan demokrasi kami,” ucap pria berusia 22 tahun ini lagi.

Pasukan keamanan kemudian menembakkan tembakan gas air mata untuk membubarkan ribuan demonstran.

“Tujuan dari pawai ini adalah untuk melindungi transisi demokrasi Sudan," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesional Sudan, yang menyerukan unjuk rasa awal pekan ini.

"Tidak ada cara untuk mencapainya tanpa mengakhiri kemitraan dengan dewan militer,” lanjut pernyataan dari Asosiasi Profesional Sudan.

Baca Juga: Banjir Makian usai Tegur Warkopi di Medsos, Indro Warkop: Aku Mesti Panggil? Kenal Aja Kagak Gue

Perdana Menteri Abdalla Hamdok mengatakan bahwa dirinya berkomitmen untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh transisi demokrasi Sudan.

"Demokrasi dan inklusivitas adalah prioritas tertinggi kami sebagai rakyat Sudan," tutur dia menegaskan.

Berbicara selama pertemuan virtual dengan para pemimpin asing, Hamdok ungkapkan agenda pemilihan umum yang bebas di akhir masa transisi adalah yang paling penting.

“Rakyat Sudan memiliki harapan yang sangat tinggi tentang revolusi dan tentang perubahan," tutur Hamdouk.

Baca Juga: Login ke Dashboard www.prakerja.go.id, Pembukaan Kartu Prakerja Gelombang 22 akan Muncul

"Namun perlu diingat, masih ada warisan rezim 30 tahun. Anda tidak mungkin menghapusnya hanya dalam semalam saja," ujarnya menambahkan.

Setelah upaya kudeta minggu lalu, pejabat sipil menuduh para pemimpin militer telah bertindak melampaui batas.

Sementara para jenderal mengkritik manajemen sipil atas proses ekonomi dan politik, dengan mengatakan bahwa pasukan mereka diabaikan dan tidak dihargai.

Untuk diketahui, militer menyingkirkan Omar al-Bashir pada April 2019 silam, setelah berbulan-bulan protes yang dipicu oleh krisis ekonomi.

Baca Juga: Jelang Hadapi PSM, Dua Pemain Persib Pulih dari Cedera dan Diprediksi Siap Tampil

Kemudian militer menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan dengan koalisi Pasukan Kebebasan dan Perubahan (FFC) sipil.

FFC mendukung demonstrasi Kamis kemarin, yang berkumpul di markas pusat Khartoum dari gugus tugas yang bekerja untuk membongkar pemerintahan Bashir.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler