Indonesia Urutan Kelima Penyumbang Polusi Udara Terbesar di Dunia Setelah AS, China, Rusia, Brasil

16 Oktober 2021, 18:50 WIB
Ilustrasi polusi udara. /Pixabay/SD-Pictures

PR DEPOK – Indonesia masuk dalam lima besar negara di dunia yang menjadi sumber polusi udara karena tingkat pelepasan karbon dioksida.

Sementara itu, di atas Indonesia ada Amerika Serikat (AS) pada urutan pertama, lalu diikuti China, Rusia, dan Brasil sebagai sumber polusi udara yang wajib bertanggung jawab.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Straits Times, dalam diplomasi iklim internasional, tanggung jawab atas semua polusi udara dan polusi karbon di atmosfer sangat penting.

Baca Juga: Etnis Syiah Afghanistan Kembali Jadi Korban, Ledakan Bom di Masjid Bibi Fatima Tewaskan 47 Orang

Menurut Dr Simon Evans, wakil editor Carbon Brief,  semakin besar pencemaran udara, setiap negara tidak hanya bertanggung jawab saat sekarang, tetapi juga secara historis, sehingga semakin besar tanggung jawab atas pemanasan planet ini.

Pasalnya, menurut Evans, ada korelasi kuat antara jumlah total karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan oleh aktivitas manusia dan tingkat pemanasan di permukaan bumi.

Mengacu pada pembicaraan iklim COP26 di Glasgow , tanggung jawab historis negara-negara penyumbang polusi karbon akan menjadi fokus utama negara-negara miskin dan rentan.

Mereka menginginkan keadilan atas dampak iklim parah yang mereka derita karena emisi dari ekonomi besar yang telah tumbuh, seperti pembakaran bahan bakar fosil.

Dalam analisis baru-baru ini, Dr Evans menjelaskan, secara historis, negara-negara terkait bertanggung jawab atas sebagian besar emisi CO2 yang telah terakumulasi di atmosfer sejak tahun 1850.

Menurutnya emisi dari bahan bakar fosil dan produksi semen dan dari perubahan penggunaan lahan menjadi sumber terbesar.

Baca Juga: Link Live Streaming AC Milan vs Hellas Verona di Liga Italia Minggu, 17 Oktober 2021 Pukul 01.45 WIB

Dari catatan yang ada AS, China, dan Rusia menyumbang hampir 40 persen dari akumulasi emisi CO2 dari aktivitas manusia.

Sementara itu, Brasil dan Indonesia berada pada urutan keempat dan kelima yang bertanggung jawab atas 8,6 persen polusi karbon yang sebagian besar karena deforestasi selama beberapa dekade.

Lalu, Jerman berada di urutan berikutnya dalam daftar 10 besar, diikuti oleh India, Inggris, Jepang, dan Kanada.

Dr Evan berpendapat, CO2 telah bertahan selama berabad-abad di atmosfer.

Maka dari itu, semakin banyak yang dilepaskan artinya semakin banyak panas yang terperangkap.

Jadi, emisi CO2 dari ratusan tahun yang lalu akan terus menyebabkan pemanasan planet ini.

Baca Juga: Sinopsis Film A-X-L, Kisah Persahabatan Manusia dengan Robot Anjing, Tayang di Bioskop Trans TV

Itu berarti jumlah kumulatif CO2 yang dikeluarkan sejak awal revolusi industri terkait erat dengan pemanasan 1,2 derajat C yang telah terjadi.

Pada akhir tahun ini, AS diperkirakan akan mengeluarkan lebih dari 509 miliar ton CO2 sejak 1850.

Di tempat kedua China dengan 11,4 persen emisi CO2 kumulatif hingga saat ini, dan tercatat memiliki emisi terkait lahan yang tinggi sejak tahun 1850, tetapi menurut Dr Evan ledakan ekonomi berbahan bakar batubara sejak tahun 2000 adalah penyebab utama posisinya saat ini.

Secara total, manusia telah memompa sekitar 2.500 miliar ton CO2 ke atmosfer sejak tahun 1850, menyisakan kurang dari 500 miliar ton CO2 dari sisa anggaran karbon untuk tetap berada di bawah 1,5 derajat C pemanasan.

Sementara itu, dari analisis penggunaan lahan dan kehutanan, yang menambahkan 786 miliar ton CO2 dari tahun 1850 hingga 2021.

Pemukiman dan pertanian yang dijalankan kolonialis di Brasil dan Indonesia membuka lahan untuk menanam tanaman komersial seperti karet, gula, dan tembakau.

Lalu, berdasarkan data emisi historis lainnya, berdasarkan emisi kumulatif per populasi saat ini, China, India, Brasil, dan Indonesia keluar dari 10 besar penyumbang terbesar.

Baca Juga: Wanita Tertinggi di Dunia Berharap Bertemu dengan Pria Tertinggi

Sebaliknya, berdasarkan emisi per kapita, Kanada berada di urutan pertama, diikuti oleh AS, Estonia, dan Australia.

"Sementara negara-negara ini (Cina, India, Brasil, dan Indonesia) telah memberikan kontribusi besar terhadap emisi kumulatif global, mereka juga memiliki populasi yang besar, membuat dampaknya per orang jauh lebih kecil," kata Evans.

"Memang, keempat negara itu menyumbang 42 persen dari populasi dunia, tetapi hanya 23 persen dari emisi kumulatif dari tahun 1850-2021," ujarnya menambahkan.

Sebaliknya, AS, Rusia, Jerman, Inggris, Jepang, dan Kanada menyumbang 10 persen dari populasi dunia, tetapi 39 persen dari emisi kumulatif.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Straits Times

Tags

Terkini

Terpopuler