Lebih dari 100 Tentara Amerika Serikat Alami Gegar Otak Akibat Serangan Iran

11 Februari 2020, 15:34 WIB
ILUSTRASI tentara Amerika.* /Pixabay/

PIKIRAN RAKYAT - Jumlah tentara Amerika Serikat yang mengalami gegar otak akibat serangan rudal Iran di Irak pada awal Januari lalu, semakin meningkat menjadi 109 orang dari sebelumnya dilaporkan mencapai 64 orang.

Menurut Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), para prajurit itu mengalami trauma ringan usai serangan tersebut.

Iran meluncurkan belasan rudal balistik ke Ain al-Asad sebagai balasan atas kematian jenderal Qassem Soleimani.

Saat ini para tentara yang mengalami gegar otak telah menerima perawatan.

Baca Juga: Viral Kabar Mi Goreng Buatan Indonesia Mengandung Virus Corona 

Jumlah cedera terus meningkat sejak Pentagon mulai merilis data tentang cedera sekitar seminggu setelah serangan 8 Januari lalu di pangkalan udara al-Asad di Irak. Pejabat Pentagon telah memperingatkan bahwa jumlah itu akan terus berubah.

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari Associated Press, Selasa, 11 Februari 2020, Pentagon menyatakan 76 serdadu yang sempat mengalami gegar otak sudah kembali bertugas. Sedangkan 26 orang sedang berada di Jerman dan berada di AS untuk menjalani pemulihan.

Tujuh tentara lainnya dalam perjalanan menuju Jerman untuk pengobatan dan pemeriksaan.

Sekretaris Pertahanan, Mark Esper mengatakan lebih dari seminggu yang lalu bahwa departemen itu sedang mempelajari cara-cara untuk mencegah cedera otak di medan perang dan untuk meningkatkan diagnosis dan perawatan.

Baca Juga: Netizen Keluhkan Jukir Liar, Humas Parkir DKI Sebut Mesin Bekerja Shifting dengan Manusia 

"Setelah dirawat, sekitar 70 persen tentara yang didiagnosa gegar otak sudah kembali bertugas. Kami akan terus melanjutkan evaluasi kondisi fisik dan mental para prajurit," ujar Sekretaris Pers Pentagon, Alyssa Farah.

Jenderal Angkatan Darat Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, menjelaskan mungkin dalam beberapa kasus, bahwa gejala gegar otak ini dari serangan rudal Iran tidak akan terlihat selama satu atau dua tahun.

Dia mengatakan Angkatan Darat berada pada tahap awal dalam diagnosa dan akan melakukan terapi untuk pasukannya.

Sampai saat ini upaya masih tetap dilakukan, demi mengurangi jumlah korban akibat serangan iran.

Tim perawat harus bekerja sangat ekstra dalam merawat tentara yang gegar otak dan hal ini diapresiasi oleh sektretaris pers Pentagon karena telah merawatnya. Perawatan tersebut terbukti berhasil setelah hampir 70 persen bisa kembali bertugas.

Baca Juga: Hingga 2024, Kementan Targetkan Kenaikan Produksi Cabai dan Bawang Merah 7 Persen 

"Hampir 70 persen dari mereka yang didiagnosis dan bisa kembali bertugas. Kita harus terus membahas kesehatan fisik dan mental bersama,” ujar sekretaris pers Pentagon, Alyssa Farah.

Pada saat serangan rudal Iran pada 8 Januari lalu, terdapat sebanyak 1.500 tentara di pangkalan militer Ain al-Asad.

Iran menembaki pangkalan militer AS di Irak sebagai pembalasan karena serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat yang menewaskan perwira tinggi militer Iran, Jenderal Qasem Soleimani.

Saat ini ada 5.200 tentara AS yang bertugas di Irak. AS menjadi bagian dari koalisi internasional yang diminta Irak pada 2014 silam untuk melawan ISIS. Koalisi pimpinan AS itu beranggotakan 76 negara.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler