Sudah Ribuan Orang Meninggal, Dokter di Tiongkok yang Tangani SARS Sebut Wabah Virus Corona akan Segera Berakhir

12 Februari 2020, 07:51 WIB
PASIEN virus corona terbaring saat akan diobati oleh tenaga medis.* /AFP/Xiong Qi

PIKIRAN RAKYAT - Hingga pekan perdana bulan Februari atau satu bulan lebih sejak pendeteksian adanya virus corona pada akhir Desember lalu, ribuan orang telah meninggal dunia dan wabahnya telah ada lebih dari 25 negara. Namun itu bukan puncaknya.

Sebagian pakar kesehatan Tiongkok memperkirakan bulan Februari ini sebagai puncak dari mewabahnya virus corona.

Hingga data pada Selasa malam, 11 Februari tercatat ada 1.016 kematian yang disebabkan oleh virus tersebut di Tiongkok, tempat awal virus itu pertama kali ditemukan.

Baru-baru ini, seorang ahli epidemiologi atau ahli pola penyebaran penyakit, asal Tiongkok, Zhong Nanshan (83), mengaku optimis bahwa penyebaran virus coron perlahan-lahan akan hilang.

Baca Juga: Cuaca Depok Hari ini: Rabu 12 Februari 2020, Waspadai Hujan Lokal di Beberapa Wilayah 

Dirinya menyatakan bahwa di beberapa tempat seperti Guangdong dan Zhejiang, laporan tentang adanya kasus baru positif virus corona pun sudah mulai menurun dibanding hari-hari sebelumnya.

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, prediksi dari ahli epidemiologi Tiongkok itu adalah bahwa virus corona akan memuncak terlebih dahulu di bulan Februari, kemudian berdasarkan model matematika yang dibuatnya, wabah virus corona akan selesai pada April 2020 mendatang.

"Saya berharap wabah, atau peristiwa ini dapat berakhir pada bulan April," kata Zhong Nanshan.

Meskipun prediksi dari Zhong Nanshan dikatakan cukup dini, karena faktanya Februari ini menjadi puncak dari mewabahnya virus corona dengan jumlah kasus lebih dari 40.000 dan jumlah kematian ada di angka lebih dari 1.000, setidaknya prediksi itu dapat meredakan kecemasan global.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Depok Hari ini Rabu, 12 Februari 2020 

Zhong pun mengaku bahwa dirinya dan tim medis di sana tidak tahu mengapa virus corona ini begitu mudah menular. Dia pun menyebut penularan ini sebagai masalah terbesar kasus corona.

Tapi, Zhong tetap optimis dengan prediksinya karena penurunan adanya kasus baru yang tertular virus corona menurun di beberapa wilayah.

"Jadi itu kabar baik bagi kita," katanya.

Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Tiongkok ketika menghadapi wabah virus corona sangat dihargai oleh Zhong, terutama ketika pemerintah membuat keputusasn untuk mengisolasi provinsi Wuhan, tempat di mana virus corona muncul untuk pertama kali.

Baca Juga: Messi dan Ronaldo Bisa Saja Bermain Bersama di Musim Depan 

Transparansi data yang dilakukan oleh pihak pemerintah setelah virus ini benar-benar mewabah hingga ke puluhan negara lain di dunia dan kerjasamanya dengan World Health Organization (WHO) membuat Zhong cukup optimis meskipun pada awalnya pemerintah menyembunyikan kasus ini.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok sekarang, lebih baik ketimbang 7 tahun lalu saat wabah SARS terjadi, karena pihak pemerintah menolak untuk berbagi informasi pada pihak lain. Hal itu justru yang membuat masalah terus bergulir panjang.

Zhong Nanshan merupakan salah satu dokter yang membantu Tiongkok ketika wabah SARS pada tahun 2002-2003, dia membantu mengidentifikas kekurangan yang dimiliki oleh sistem respons darurat Tiongkok kala itu.

Seperti yang telah dilaporkan oleh Pikiran-Rakyat.com, Zhong merupakan kolega dari Li Wenliang, seorang dokter diinterogasi oleh polisi karena dianggap “menyebarkan rumor yang tidak benar” mengenai virus corona.

Baca Juga: Kini Masyarakat Bisa Terlibat Langung Memberitakan Bencana Alam Indonesia 

Li adalah salah satu dari orang-orang pertama yang menyadari munculnya virus Corona yang berbeda dari wabah penyebab penyakit SARS dan MERS.

Sayangnya, Li dipaksa oleh polisi Tiongkok untuk menghentikan penyebaran “rumor” tersebut kecuali dia ingin dianggap sebagai pelanggar hukum.

Dia dipaksa menandatangani surat yang membuatnya berjanji untuk tidak membicarakan virus itu lagi.

Setelah insiden tersebut, Li kembali bekerja lalu terinfeksi virus Corona pada 7 Januari 2020. Dia lalu mempublikasikan surat itu pada tanggal 31 Januari di media sosial bersama pengalamannya dibungkam oleh polisi.

Baca Juga: 4 Tips Belanja Online Agar Tidak Tertipu 

Pada 7 Februari, Li menjadi salah satu dari korban jiwa pertama virus corona.

Warga serta tenaga medis Tiongkok menyayangkan tindakan pemerintah serta kepolisian yang tidak tanggap terhadap peringatan dini dari Li.

“Kebanyakan orang menganggapnya sebagai pahlawan Tiongkok, saya bangga padanya karena dia berani menyatakan kebenaran di akhir Desember 2019 silam, meskipun ia akhirnya meninggal,” ucap Zhong sambil mengusap air matanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler