Kawanan Belalang Mengamuk di Afrika Timur

18 Februari 2020, 19:40 WIB
Kawanan belalang mengamuk di Afrika Timur yang mengancam kelaparan bagi warga di sana /www.mindenpictures.com

PIKIRAN RAKYAT - Kawanan hama belalang mengamuk dan mengancam jutaan orang akan kelaparan di Afrika Timur.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Bloomberg pada Selasa, 18 Februari 2020 melaporkan bahwa di Afrika Timur kini sedang diserang oleh kawanan belalang yang mengamuk dan merusak tanaman warga di sana.

Mary Mouthono salah satu warga yang terkena dampaknya. Dia kerap berlari ke ladangnya di Mathyakani, Kenya Tenggara dengan membawa botol berisi krikil dan mengocoknya di udara agar belalang tersebut pergi dari desanya.

Baca Juga: Lagu 'Akad' Payung Teduh Dijadikan Film Layar Lebar

Pagi itu, seluruh komunitas bekerja sama untuk mengusir kawanan belalang itu, mulai dari menggedor pot dan wajan, meniup pluit, dan membunyikan klakson.

"Kami pertama kali bangun lalu berdoa. Kami berdoa agar Tuhan meniup mulut belalang," kata Muthoni.

Ini adalah pemandangan yang mengerikan di seluruh Afrika Timur, ketika kawanan belalang gurun menyebar ke seluruh wilayah, menghancurkan tanaman dan padang rumput dengan rakus.

Baca Juga: Assassin's Creed Ragnarok Dikabarkan Akan Segera Dirilis oleh Ubisoft

PBB telah memperingatkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap keamanan pangan di bagian dunia di mana jutaan orang sudah menghadapi kelaparan.

Para ahli mengatakan wabah itu yang terburuk dalam ingatan terakhir disebabkan oleh peningkatan jumlah siklon. Jika tren cuaca berlanjut, mungkin akan lebih banyak yang akan datang.

"Ada hubungan antara perubahan iklim dan krisis belalang yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menggangu Ethiopia dan Afrika Timur," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Baca Juga: Gadis 8 Tahun Meninggal Setelah Diperkosa oleh 16 Pria Termasuk Kerabatnya

"Laut yang lebih hangat berarti lebih banyak siklon yang menghasilkan tempat berkembang biak yang sempurna untuk belalang. Hari ini kawanan itu sama besarnya dengan kota-kota besar dan semakin buruk dari hari ke hari," ungkapnya.

Jumlah belalang di Afrika Timur bisa bertambah 500 kali pada Juni, kata Organisasi Pangan dan Pertanian PBB bulan lalu. Wilayah ini mendapat hujan musiman yang deras dan kondisi perkembang biakan belalang sanga besar dari bulan Maret hingga Mei.

Tahun lalu, musim hujan Oktober hingga Desember termasuk yang paling basah dalam 40 tahun, dengan curah hujan kumulatif berkisar antara 120 persen hingga 400 persen dari normal.

Baca Juga: Ratusan Ribu Kerang Mati hingga Matang Pantai Selandia Baru Akibat Gelombang Panas

"Wabah belalang diperkirakan menjadi lebih sering dan parah di bawah perubahan iklim," kata Rick Overson, koordinator penelitian di Global Locust Initiative di Arizona State University.

"Belalang cukup mahir dalam merespons dengan cepat dan memanfaatkan peristiwa curah hujan ekstrem," ungkapnya.

Ini prospek yang menakutkan bagi suatu wilayah dan benua di mana ketahanan pangan sudah genting. Petani Afrika telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir dengan serangan hama yang merusak termasuk jatuhnya ulat grayak dan penambang daun tomat.

Baca Juga: Pembalap Nascar Daytona 500, Ryan Newman Alami Insiden Mengerikan Saat di Putaran Akhir

Dinamika serangga juga telah bergeser dengan perubahan iklim, menurut Baldwyn Torto, ilmuan utama di Pusat Internasional Fisiologi dan Ekologi Serangga.

"Hanya satu belalang, jika itu datang ke ladang petani pagi hari, pada tenga hari ia telah memakan seluruh ladang," kata pakar peramalan belalang FAO Keith Cressman.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Bloomberg

Tags

Terkini

Terpopuler