700 Lebih Warga Iran Tewas Akibat Minum Metanol karena Diklaim Bisa Bunuh Virus Corona

28 April 2020, 20:23 WIB
ILUSTRASI Racun.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Warga Iran tewas seketika usai meminum metanol yang mereka pikir bisa mematikan virus corona.

Dilansir Pikiranrakyat-depok.com dari Al Jazeera, menurut otoritas berwenang Iran, keracunan metanol telah menewaskan sedikitnya 728 orang pada periode 20 Februari hingga 7 April 2020.

Sementara tahun lalu, kematian akibat keracunan alkohol mencapai 66 jiwa.

Dalam laporan itu juga disebutkan, menurut data yang dirilis awal April, kasus keracunan alkohol di Iran mengalami peningkatan hingga 10 kali lipat jika dibandingkan data tahun sebelumnya.

Baca Juga: Mobilitas Warga ke Jakarta Masih Tinggi, Alasan Kuat Depok Perpanjangan PSBB Hingga 26 Mei

Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Kianoush Jahanpour mengatakan, 5.011 orang telah keracunan metanol.

Tak hanya keracunan, sekira 90 orang mengalami kehilangan penglihatan atau kerusakan mata akibat metanol.

Menurut penasihat Kementerian Kesehatan Iran Hossein Hassanian, jumlah warga yang mengalami kehilangan penglihatan akibat keracunan dapat meningkat.

Metanol tidak memiliki bau saat dicampur ke dalam minuman. Namun, jika dikonsumsi, bisa menyebabkan kerusakan organ dalam dan otak.

Gejalanya yang ditimbulkan meliputi nyeri dada, mual, hiperventilasi, kebutaan, bahkan koma.

Baca Juga: Washington-Beijing Perang Tudingan Soal Corona, Donald Trump: Kami Tidak Suka Tiongkok

Merespons kejadian tersebut, pemerintah Iran mengimbau produsen metanol memberi warna buatan pada produk mereka.

Dengan demikian, masyarakat dapat membedakannya dari etanol, jenis alkohol yang dapat digunakan untuk membersihkan luka.

Di Amerika Serikat, Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan pernyataan yang menggemparkan.

Donald Trump mengatakan, menyuntikkan cairan disinfektan dapat membantu menyembuhkan pasien dari infeksi virus corona.

Akan tetapi, pernyataan tersebut dibantah sejumlah produsen disinfektan, dokter, dan lembaga pemerintah. Mereka mengeluarkan peringatan agar jangan mengonsumsi disinfektan karena sangat berbahaya bagi tubuh.

Baca Juga: Hampir 1.000 Perempuan Dibunuh, Karantina karena Corona di Meksiko Diduga Ikut Jadi Pemicu

Sejak Donald Trump melontarkan pernyataan kontroversial tersebut, jumlah kasus keracunan di Amerika Serikat meningkat.

Badan Pusat Pengendalian Racun Kota New York melaporkan mereka menangani lebih dari 30 kasus keracunan.

The Independent melaporkan, Badan Pusat Pengendalian Racun Amerika Serikat menerima 9 kasus keracunan akibat terpapar Lysol, produk disinfektan buatan perusahaan di Amerika Serikat.

Tak hanya itu, mereka juga menerima 10 laporan keracunan cairan pemutih dan 11 kasus terpapar cairan pembersih rumah tangga.

Kendati demikian, sejauh belum ada laporan kematian atau orang yang dirawat di rumah sakit akibat keracunan disinfektan.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler