PR DEPOK - Invasi Rusia ke Ukraina meninggalkan kekhawatiran dan perhatian dari dunia Internasional.
Pihak Amerika Serikat menyebut sekitar 100.000 hingga 150.000 ribu pasukan militer Rusia telah mengepung wilayah Ukraina dalam beberapa hari terakhir..
Ternyata, dibalik invasi Rusia ke Ukraina ada faktor penyebab mengapa pemerintahan Vladimir Putin mengambil langkah berisiko itu.
Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters, sebelum intimadasi Rusia kepada Ukraina, ternyata AS tengah mengupayakan Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
NATO atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara adalah sebuah aliansi militer dari berbagai negara dunia dengan tujuan untuk menjaga perdamaian.
AS berpendapat dengan bergabungnya, negara pecahan Uni Soviet itu akan membawa angin segar untuk menghilangkan pertikaian di kawasan Eropa Timur yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Tawaran AS yang sepertinya akan diterima Ukraina langsung mendapat respon agresif dari Rusia.
Baca Juga: Joe Biden Desak Rusia Hentikan Invasi di Ukraina dan Siapkan Sanksi 'Menyakitkan'
Kremlin menganggap bergabungnya Ukraina dengan NATO penuh dengan intrik dan mengancam keamanan negara.
Pemerintahan Vladimir Putin pun akhirnya mengambil langkah berani untuk mengepung Ukraina sejak awal Februari setelah buntu di meja diplomasi.
Kabar tersebut tentu ditanggapi dengan sigap oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai sosok sentral di NATO.
Baca Juga: Sempat Picu Perdebatan, Dorce Gamalama Akhirnya Dimakamkan sebagai Laki-Laki
"Amerika Serikat dan NATO bukanlah ancaman bagi Rusia. Ukraina tidak mengancam Rusia. Baik AS maupun NATO tidak memiliki rudal di Ukraina," kata Biden dalam pidatonya pada 15 Januari.
Biden menegaskan AS dan NATO beserta sekutunya bukanlah musuh bagi rakyat Rusia.
Oleh karena itu Biden meminta Putin untuk segera menarik para pasukannya di perbatasan Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Menantu Donald Trump Masuk Daftar Nominasi Penghargaan Nobel Perdamaian, Jared Kushner: Terima Kasih
Rusia berdalih jika Ukraina bergabung dengan NATO, AS akan menyuplai rudal canggih yang berpotensi mengancam keamanan disana.
Namun sekali lagi Biden menegaskan bahwa AS dan NATO tidak ada rencana menjalankan proyek semacam itu.
"Kami tidak, tidak memiliki rencana untuk menempatkan itu disana juga. Kami tidak menargetkan orang-orang. Rusia. Kami tidak berusaha untuk mengacaukan Rusia," kata Presiden AS ke-68 itu.
Saat ini ketegangan antara AS-Rusia bisa dibilang lebih intens dibanding antara Ukraina-Rusia.
AS saat ini tengah berupaya membujuk Rusia untuk mundur namun telah mempersiapkan skenario terburuk nantinya***