Studi Baru: Covid-19 Tingkatkan Gangguan Kesehatan Mental hingga Satu Tahun setelah Infeksi

18 Februari 2022, 14:45 WIB
Ilustrasi kesehatan mental /Pixabay.com/geralt/

PR DEPOK - Sebuah studi baru telah menunjukkan bahwa penanganan kesehatan mental terhadap penderita Covid-19 harus menjadi prioritas.

Berdasarkan studi baru di Amerika Serikat, wabah Covid-19 telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.

Gangguan kesehatan mental tersebut akan berlangsung selama satu tahun setelah terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Viral Video Detik-Detik Wasit Dikejar dan Dipukuli Pemain, Pemicunya karena Hal Ini

Sebagai informasi, sudah lebih dari 403 juta orang di seluruh dunia, dan 77 juta di wilayah Amerika Serikat, telah terinfeksi Covid-19 sejak pandemi dimulai.

"Infeksi Covid-19 kemungkinan telah berkontribusi pada lebih dari 14,8 juta kasus baru, pada gangguan kesehatan mental di seluruh dunia, dan 2,8 juta kasus di AS (Amerika Serikat)," kata Dr. Ziyad Al-Aly, yang merupakan penulis studi senior, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari NDTV.

"Perhitungan kami tidak memperhitungkan jumlah orang yang tak terhitung, kemungkinan jutaan, yang menderita secara diam-diam karena stigma kesehatan mental atau kurangnya sumber daya dan dukungan," tambahnya.

Baca Juga: Firli Bahuri Mengaku Heran Masih Ada Korupsi, Benny Harman: padahal KPK adalah Jawabannya, Malah Bertanya

Sementara itu, para peneliti lain telah menggunakan data dari database perawatan kesehatan nasional Departemen Urusan Veteran AS, untuk memperkirakan risiko hasil kesehatan mental pada orang yang bertahan setidaknya 30 hari, setelah mendapatkan hasil tes PCR positif antara Maret 2020 dan Januari 2021.

Mereka membandingkan hasil kesehatan mental tersebut dalam kumpulan data Covid-19 dengan dua kelompok orang lain yang tidak terinfeksi virus.

Peserta penelitian mayoritas adalah orang yang berbobot besar, yang melibatkan lebih dari 3,4 juta orang berbagai usia.

Baca Juga: Klarifikasi Penggunaan Dana JHT dari Pemerintah, Ida Fauziah: Uang Itu Bisa Diakses Pekerja

Penelitian tersebut juga dibagi menjadi dua kelompok, yang mana beberapa pasien akan dirawat di rumah sakit, dan sisanya hanya isolasi mandiri.

Selain itu, sebelum di kelompokan, mereka telah mengumpulkan data-data termasuk usia, ras, jenis kelamin, gaya hidup, dan riwayat medis, untuk penelitian lebih lanjut.

Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama satu tahun, para peneliti tersebut membenarkan bahwa ada gangguan kecemasan, depresi, stres, gangguan penggunaan zat, penurunan neurokognitif, serta gangguan tidur.

Baca Juga: Menaker Ida Fauziah Luruskan Polemik JHT Baru Bisa Cair di Usia 56 Tahun: Kembalikan Tujuan JHT

Hal tersebut menambahkan, orang yang memiliki riwayat atau sedang mengalami Covid-19, menunjukan risiko sebesar 60 persen lebih tinggi, terkena gangguan kesehatan mental dalam satu tahun.

Seseorang dengan Covid-19, menunjukan risiko gangguan kesehatan mental yang lebih tinggi, daripada mereka yang menderita influenza musiman, kata para peneliti tersebut.

Pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, menunjukkan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental dibandingkan dengan mereka yang dirawat di rumah sakit karena masalah penyakit lain.

Baca Juga: Polemik Lagu Mars dan Himne KPK, Febri Diansyah Sentil Dewas: Apakah Masih Menjalankan Tugas?

Di sisi lain, para peneliti juga memperingatkan, bahwa ini adalah studi observasional, jadi tidak dapat menetapkan semua penyebabnya.

Beberapa dari mereka juga mengklaim, bahwa beberapa bias kesalahan klasifikasi mungkin telah terjadi.

Studi penelitian tersebut juga didominasi sebagian besar pria dengan usia yang lebih tua, jadi hasilnya kemungkinan tidak berlaku untuk seseorang dengan mental yang kuat.

Namun, penelitian tersebut kembali menegaskan bahwa orang yang selamat dari masa-masa Covid-19, masih berada pada peningkatan risiko serangkaian gangguan kesehatan mental.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Firstpost

Tags

Terkini

Terpopuler