Perkelahian Terjadi Antara Jurnalis Ukraina dan Politisi Pro-Rusia Saat Siaran Langsung, Begini Kronologinya

20 Februari 2022, 21:45 WIB
Ilustrasi - Jurnalis Ukraina dan politisi pro-Rusia terlihat perkelahian saat mereka melakukan siaran langsung di TV. /Pixabay/Engin Akyurt/

PR DEPOK – Seorang jurnalis berkelahi hingga memukul wajah politisi pro-Rusia dalam siaran langsung TV di Ukraina.

Perkelahian itu terjadi saat jurnalis tersebut berada di depan mantan perdana menteri dalam debat tentang Vladimir Putin.

Perkelahian mengejutkan terjadi antara anggota parlemen Nestor Shufrych dari Platform Oposisi partai pro-Rusia - For Life, dan jurnalis Yuriy Butusov.

Politisi itu diserang setelah dia menolak untuk mengutuk Vladimir Putin, ketika pasukan Rusia mengumpulkan pasukan di perbatasan untuk kemungkinan invasi, seperti dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Daily Mail.

Baca Juga: BPJS Kesehatan Jadi Syarat SIM, STNK, SKCK, Enggal Pamukty: Rakyat Ingin Tenang, Pemerintah Malah Memprovokasi

Shufrych menjadi berlumuran darah setelah Butusov berjalan ke arahnya dan memukul wajahnya, dengan mantan PM Arseniy Yatsenyuk dan mantan presiden Petro Poroshenko menonton.

Shufrych berdiri untuk melawan dan keduanya jatuh dalam bentrokan yang keras sebelum Butusov membuat lawannya terjepit sementara para tamu yang ketakutan memohon agar mereka berhenti.

Keduanya akhirnya berpisah dan melanjutkan diskusi di acara bincang-bincang Freedom of Speech Savik Shuster.

Baca Juga: Hotman Paris Tantang Menaker Ida Fauziah Debat Terbuka Soal Aturan JHT Terbaru: Ini Demi Kepentingan Pekerja

Shufrych telah ditanya apakah Putin adalah seorang pembunuh dan penjahat tetapi dia menolak untuk menjawab.

Mantan presiden Poroshenko mengecamnya atas pernyataan tersebut, dengan mengatakan bahwa ada agen Rusia di studio.

Pertengkaran pahit itu terjadi ketika ribuan pengungsi Ukraina mulai mengalir ke Rusia hari ini setelah sekutu Vladimir Putin memerintahkan evakuasi massal dua republik separatis sebagai bagian dari operasi bendera palsu yang dicurigai sebagai dalih untuk invasi.

Baca Juga: Didiagnosis Covid-19, Ratu Elizabeth Dipastikan Hanya Alami Gejala Ringan

Hingga 700,00 warga sipil dievakuasi dari daerah Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri setelah pemimpin pemberontak kemarin mengklaim Ukraina akan menyerang daerah tersebut.

Beberapa jam kemudian sebuah bom mobil mengguncang Donetsk dalam dugaan upaya pembunuhan seorang pejabat tinggi sekutu Putin, yang diyakini badan-badan intelijen Barat dipalsukan sebagai bagian dari penipuan bendera palsu.

Kemudian dua ledakan di pipa gas mengguncang kota separatis Luhansk di timur Ukraina dalam dugaan serangan bendera palsu lainnya.

Baca Juga: Singgung Soal Kematian, Maia Estianty Akui Lebih Suka Beli Jam Tangan Daripada Tas: Rasanya Aneh

Sebelumnya, Presiden AS mengatakan dia yakin bahwa perdana menteri Rusia telah memutuskan untuk melancarkan invasi setelah mengumpulkan hampir 200.000 tentara di perbatasan.

Dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih, Biden mengatakan dia memiliki alasan untuk percaya itu akan terjadi dalam beberapa hari mendatang dan akan mencakup serangan di ibu kota Kyiv.

Setelah berminggu-minggu mengatakan AS tidak yakin apakah Putin telah membuat keputusan akhir untuk meluncurkan invasi yang meluas, Biden mengatakan bahwa penilaian telah berubah.

Baca Juga: Millen Cyrus Ngaku Naksir Deddy Corbuzier, Melanie Ricardo: Kalau Nggak Ada Sabrina Gimana, Hajar?

"Sampai saat ini saya yakin dia membuat keputusan. Kami punya alasan untuk percaya itu," tuturnya.

Dia mengutip kemampuan intelijen signifikan Amerika Serikat untuk penilaian tersebut.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler