Studi: 66 Persen Pasien Positif di New York Merupakan Orang yang Berdiam di Rumah saat Pandemi

9 Mei 2020, 13:00 WIB
ILUSTRASI Petugas kesehatan mendorong usungan dengan jenazah di Pusat Medis Yahudi Kingsbrook ditengah mewabahnya virus corona (COVID-19) di kawasan Brooklyn, New York, Amerika Serikat, Rabu, 8 April 2020.* //REUTERS

PIKIRAN RAKYAT - Sebuah fakta terbaru muncul dalam sebuah studi yang mana menemukan dari 1.000 pasien baru yang dirawat di RS New York, Amerika Serikat (AS).

Dalam studi tersebut dijelaskan bahwa mayoritas orang yang masih dirawat di RS akibat virus corona menghabiskan waktunya ketika pandemi ini telah menyebar di rumahnya bukan pekerja yang mengharuskan keluar.

Munculnya data baru ini, tentu menghasilkan pertanyaan besar mengenai efektivitas dari penerapan karantina wilayah atau lockdown yang telah diterapkan oleh pemerintah setempat atau butuh berapa lama lagi waktu yang diperlukan.

Baca Juga: Cek Fakta: Umat Islam Arab Beramai-ramai Murtad Setelah Virus Corona Merebak, Simak Faktanya

Dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari Daily Mail, sebuah penelitian terhadap sekitar 1.000 pasien baru yang dirawat di RS New York, Amerika Serikat (AS) selama minggu lalu, setidaknya 66 persen tinggal di rumah dan 18 persen datang dari panti jompo.

Kemungkinan besar mereka terinfeksi ketika pergi keluar untuk membeli bahan makanan atau barang-barang penting lainnya, atau bisa juga dari salah satu keluarganya yang diharuskan bekerja di luar.

Gubernur Cuomo mengatakan mereka jelas terinfeksi karena perilaku pribadi masing-masing, sesuatu yang tidak dapat dikendalikan oleh proses karantina wilayah yang saat ini sedang dilakukan.

Baca Juga: Wanita Ini 'Diselamatkan' oleh Virus Corona Setelah Dokter Temukan Masalah pada Jantungnya

Saat ini terdapat 19.877 angka kematian di negara bagian New York dan lebih dari 321.000 kasus positif Virus Corona.

Di seluruh AS, terdapat lebih dari 1 juta kasus positif dan 72.000 angka kematian. Data terbaru menunjukan bahwa kasus di New York untuk sementara sedang menurun, sisanya dari Amerika sedang meningkat.

Lebih dari 80 persen dari pasien rawat inap di New York mengatakan mereka tidak menggunakan transportasi umum ketika kebijakan penguncian diterapkan pada Bulan Maret lalu.

Baca Juga: Latihan Dasar Militer Selesai Dijalani, Son Heung-min Sabet Gelar Peserta Terbaik

Dari semua pasien rawat inap baru, sebanyak 73 persen berusia di atas 51 tahun. Kelompok yang paling parah terkena dampak adalah orang berusia 61 hingga 70 tahun meyumbang sebanyak 20 persen pasien rawat inap.

Kemudian sebanyak 96 persen semuanya hampir memiliki kondisi mendasar. Sebagian besar kasus berada di Manhattan, dengan 21 persen berasal dari sana, akan tetapi sebanyak 18 persen berada di Long Island.

Cuomo mengungkakan data pada hari Rabu kemarin itu datang dari survei rumah sakit yang dilakukan selama seminggu terakhir dalam upaya untuk mencari tahu mengapa begitu banyak orang yang terinfeksi dan mencari tahu latar belakang orang-orang tersebut.

Baca Juga: Dua Ventilator Karya Anak Bangsa Masuki Tahap Uji Klinis

Dia menambahkan untuk sementara jumlah infeksi baru disebabkan oleh "perilaku pribadi pasien" bukan karena kuncian yang telah diterapkan oleh pemerintah.

"Angka-angka di seluru negara akan naik. Bagi saya itu membuktikan apa yang kita lakukan di sini. Apa yang kami lakukan di sini menujukkan hasil," ucapnya.

Di New York, butuh hampir delapan minggu untuk mengurangi penyebaran infeksi dan jumlah kematiannya secara drastis.

Baca Juga: Studi Terbaru: Usai Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona, Mayoritas Individu Akan Membawa Antibodi

Meski telah mengalami penurunan, kata dia, negara tetap akan ditutup setidaknya hingga 15 Mei menadatang. Kemudian, daerah harus memenuhi tujuh persyaratan ketat yang ditetapkan oleh dia sebelum mereka dapat membuka kembali secara bertahap.

Dimulai dengan pekerja mannufaktur dan konstruksi, kemudian layanan profesional.

Sementara untuk restoran akan berada di fase ketiga dan pendidikan serta hiburan akan menjadi yang terakhir.

Baca Juga: Obati Kehilangan Akibat Suaminya yang Meninggal, Wanita 74 Tahun Minum 150.000 Soda Selama 40 hari

Jika telah membuka kembali, para pemilik bisnis telah diberitahu untuk membuat rencana baru untuk mengurangi kepadatan pekerja ketika para karyawan kembali bekerja.

Pada hari Rabu, 6 Mei 2020 lalu Cuomo mengatakan bahwa terdapat masalah dengan kerumunan dan kepadatan pekerja dalam industri atau wilayah tertentu.

Selasa, 5 Mei 2020,terdapat 232 kematian terjadi di seluruh negara bagian. Sehingga jumlah total kematian menjadi 19.877 dan lebih dari 321.000 kasus telah terdeteksi.

Baca Juga: Sambut Era Industri 4.0, Pasar Digital Akan Jadi Tren Baru Bagi Masyarakat Jabar

Ada sekitar 600 pasien rawat inap baru pada hari Selasa kemarin, ia mengatakan masih tinggi tetapi menandakan tren penurunan sejak minggu lalu ketika lebih dari 1.000 orang dirawat di RS akibat virus.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler