Ambil Sikap Netral, Taliban Serukan Rusia dan Ukraina untuk Tahan Diri

26 Februari 2022, 15:21 WIB
Ilustrasi - Taliban tampaknya bersikap netral terhadap konflik Rusia dan Ukraina. Kelompok itu minta kedua negara untuk saling menahan diri. /REUTERS/Parwiz./

PR DEPOK - Kelompok Taliban turut buka suara mengenai konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan, Jubir Kementerian Luar Negeri Taliban menyerukan Rusia dan Ukraina untuk menyelesaikan krisis 'sesuai dengan kebijakan luar negerinya yang netral'.

Taliban secara paksa merebut kekuasaan di Afghanistan pada Agustus tahun lalu, mengakhiri 20 tahun pemerintahan yang terpilih secara demokratis dalam proses tersebut.

Tahun lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang didukung barat harus melarikan diri setelah mereka merebut kekuasaan, termasuk saat AS menyatakan menarik diri dari negara itu.

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Diklaim Jadi Momentum Negara Barat Usir Moskow dari SWIFT

Taliban, sejak mengambil alih kekuasaan Afghanistan telah melakukan sejumlah pembunuhan massal.

Setidaknya 100 mantan polisi dan petugas intelijen telah diculik atau dieksekusi mati sejak 15 Agustus, menurut Human Rights Watch.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Independent, sejak dibagikan secara online, pernyataan itu mendapat cemoohan dari pengguna media sosial.

"Ya. Ini adalah pernyataan dari Taliban tentang situasi di Ukraina," kata wartawan Richard Price.

Baca Juga: Alasan Joe Biden Tak Kirim Pasukan AS ke Ukraina untuk Hadapi Rusia

"Anda tidak bisa mengada-ngada," tutur koresponden Imtiaz Tyab CBS News London.

“Teman saya Sahar berusia 23 tahun. Dia melarikan diri ke Ukraina pada 15 Agustus 2021 karena takut dengan Taliban," ucap jurnalis senior, Marjan Sadat.

"Sekarang dia mencari atap lain untuk bertahan hidup. Perang ini tanpa akhir," ujarnya menambahkan.

Pernyataan Taliban yang menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri tersebut juga bukan merupakan kecaman keras atas tindakan Rusia.

Baca Juga: China Abstain, Rusia Veto Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Kutuk Invasi ke Ukraina

Invasi saat ini telah menyebabkan hilangnya lebih dari 100 nyawa Ukraina. Sementara Ukraina mengeklaim bahwa lebih dari 1.000 orang Rusia telah tewas.

Namun, dalam pernyataannya menteri Pertahanan Rusia menyatakan negaranya tidak mengalami korban dalam jumlah besar sepanjang konflik dengan Rusia.

“Rusia tidak mengalami korban dalam jumlah besar selama periode permusuhan ini di seluruh periode keberadaannya di salah satu konflik bersenjata yang telah dimulainya," kata Kementerian Pertahanan negara itu.

Baca Juga: Ukraina Klaim Tewaskan 3.500 Tentara Rusia, Volodymyr Zelensky Tolak Tawaran AS untuk Mengungsi

Rusia memulai hari kedua invasinya dengan memasuki Kiev, bahkan ketika Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky telah bersumpah untuk tetap tinggal di negara itu dan memimpin pertempuran.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Independent

Tags

Terkini

Terpopuler