China Bantah Laporan Media AS Soal Keterkaitan dengan Invasi Rusia ke Ukraina: Murni Berita Palsu

4 Maret 2022, 14:32 WIB
China membantah laporan dari media AS yang menyebut mereka telah mengetahui rencana invasi Rusia ke Ukraina. /Reuters//

PR DEPOK – China membantah laporan yang menyebutkan bahwa mereka meminta Rusia untuk menunda invasi ke Ukraina sampai setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Menurut China, laporan yang menyebutkan mereka terlibat dengan invasi Rusia ke Ukraina itu merupakan berita palsu.

Pemerintah China mengecam laporan itu dan menyebutnya sebagai upaya sangat tercela untuk mengalihkan perhatian dan kesalahan atas invasi Rusia ke Ukraina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin juga mengulangi tuduhan China bahwa Washington memprovokasi perang dengan tidak mengesampingkan keanggotaan NATO untuk Ukraina.

Baca Juga: Andritany Minta Maaf Tak Bisa Berikan Kemenangan Saat El Clasico Lawan Persib Bandung

"Kami berharap pelaku krisis akan merefleksikan peran mereka dalam krisis Ukraina, mengambil tanggung jawab mereka, dan mengambil tindakan praktis untuk meredakan situasi dan memecahkan masalah alih-alih menyalahkan orang lain," kata Wang kepada wartawan.

Sebelumnya, sebuah artikel di media AS, The New York Times mengutip laporan intelijen Barat yang dianggap kredibel oleh para pejabat.

"Laporan New York Times adalah murni berita palsu, dan perilaku mengalihkan perhatian dan saling menyalahkan sangat tercela," tutur Wang, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Daily Mail.

Baca Juga: Hampir Habiskan Dana untuk Perangi Pandemi, Gedung Putih Meminta Dana Darurat untuk Covid-19

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan mitranya dari China, Xi Jinping, di Beijing pada 4 Februari, beberapa jam sebelum upacara pembukaan Olimpiade.

Kedua negara mengeluarkan pernyataan bersama di mana mereka menyatakan'persahabatan antara kedua negara tidak memiliki batas, tidak ada bidang kerja sama yang terlarang.

Dalam pernyataan itu, China juga mendukung penentangan Rusia untuk ekspansi NATO lebih lanjut dan menuntut agar menghormati kedaulatan, keamanan, dan kepentingan negara lain.

Baca Juga: Link Live Streaming Bayern Munchen vs Bayer Leverkusen di Liga Jerman Sabtu, 5 Maret 2022 Pukul 21.30 WIB

Rusia, pada bagiannya, menegaskan kembali dukungannya untuk klaim China atas Taiwan, pulau berpemerintahan sendiri yang Beijing ancam untuk dicaplok dengan paksa jika perlu.

The New York Times mengatakan tidak jelas apakah komunikasi tentang invasi terjadi antara Xi dan Putin atau pada tingkat yang lebih rendah.

Akan tetapi laporan intelijen menunjukkan bahwa pejabat senior China memiliki beberapa tingkat pengetahuan langsung tentang rencana perang Rusia atau niat sebelum invasi dimulai minggu lalu.

Baca Juga: Link Streaming dan Bocoran Drakor 'Twenty Five Twenty One' Episode 7: Na Hee Do Malu-malu pada Baek Yi Jin

China adalah satu-satunya pemerintah besar yang tidak mengkritik serangan Moskow terhadap Ukraina dan juga mengesampingkan bergabung dengan pemerintah Amerika Serikat dan Eropa dalam menjatuhkan sanksi keuangan kepada Rusia.

Sebaliknya, Beijing telah mendukung argumen Rusia bahwa keamanan Moskow terancam oleh ekspansi timur NATO.

China abstain dalam pemungutan suara sesi darurat Majelis Umum PBB untuk menuntut penghentian segera serangan Moskow terhadap Ukraina dan penarikan semua pasukan Rusia.

Baca Juga: Sebanyak 300 Pemain Muda Potensial di Kota Malang Ikut Seleksi Tim Arema U-20

"Sayangnya, rancangan resolusi yang diajukan ke sesi khusus darurat Majelis Umum untuk pemungutan suara belum melalui konsultasi penuh dengan seluruh anggota, juga tidak mempertimbangkan sejarah dan kompleksitas krisis saat ini," kata Wang.

"Itu tidak menyoroti pentingnya prinsip keamanan tak terpisahkan atau urgensi mempromosikan penyelesaian politik dan meningkatkan upaya diplomatik," katanya.

"Ini tidak sejalan dengan posisi konsisten China. Oleh karena itu, kami tidak punya pilihan selain abstain dalam pemungutan suara,” jelasnya.

Rusia melancarkan serangan ke Georgia selama Olimpiade Musim Panas Beijing 2008, membuat marah beberapa pemimpin China dan di kalangan publik.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler