PR DEPOK - Israel disebut akan terus berusaha menjadi penengah dalam konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett mengatakan dirinya telah kembali berbincang mendadak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ukraina pun telah meminta agar Israel menjadi penengah dengan alasan hubungan baik pemerintah dengan Kyiv dan Moskow.
Baca Juga: Habis Kesabaran, Haji Faisal Tegas Akan Laporkan Oknum yang Fitnah Gala Sky: Tunggu Saja!
Dari kantor Bennett mengatakan dia telah berbicara tiga kali selama akhir pekan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada kabinetnya, Bennett tidak memberikan rincian tentang pertemuan tiga jam Kremlin dengan Putin.
Dia hanya mengatakan bahwa hal itu mendapat berkat dan dorongan dari semua pihak.
"Kami akan terus membantu di mana pun ini diminta, bahkan jika kemungkinannya tidak besar," ucap Bennett dikutip PR Depok dari Reuters.
Bennett juga disebut telah berbicara dengan para pemimpin Jerman dan Prancis.
Sementara Menteri Luar Negerinya, Yair Lapid, dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Sebelumnya Israel telah mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Mereka telah menyatakan solidaritas dengan Kyiv dan mengirim bantuan kemanusiaan.
Baca Juga: Konflik Meluas, Ukraina dan Rusia Bersiap Hadapi Pengadilan Dunia Atas Klaim Genosida
Tetapi Bennett belum memenuhi permintaan Ukraina untuk bantuan militer dan telah membuka saluran ke Rusia, yang dengannya Israel mengoordinasikan operasinya melawan penempatan Iran di Suriah.
Sekitar 90 anak dari panti asuhan Yahudi di kota Zhytomyr, Ukraina, diterbangkan dari Rumania ke Tel Aviv pada hari Minggu.
Menteri Dalam Negeri Ayelet Shaked mengatakan Israel yang berpenduduk 9,2 juta bersiap menghadapi gelombang yang sangat besar dari imigrasi yang dipicu oleh konflik.
Ini bisa berarti mengambil lebih dari 200.000 orang Ukraina yang Yahudi atau memiliki hubungan keluarga Yahudi dan lebih dari 600.000 orang Rusia dalam kategori yang sama.***