PR DEPOK – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan, kini negaranya tidak lagi mendesak negara barat agar memasukan Ukraina ke dalam keanggotaan di Pakta Pertanahanan Atlantik Utara (NATO).
Menurutnya, keinginan Ukraina bergabung dalam NATO itulah yang memicu alasan Rusia menyerang negaranya.
"Saya telah tenang mengenai pertanyaan ini sejak lama setelah kami memahami bahwa ... NATO tidak siap untuk menerima Ukraina," kata Zelenskiy dalam sebuah wawancara yang disiarkan ABC News yang dikutip dari NDTV.
Namun, Zelenskiy mengatakan jika aliansi tidak akan takut akan adanya upaya konfrontasi dengan Rusia.
Sementara, mengacu pada keanggotaan NATO, Zelenskiy mengatakan melalui seorang penerjemah bahwa dia tidak ingin menjadi presiden dari "negara yang memohon sesuatu dengan berlutut."
Sebelumnya, Rusia menegaskan tidak ingin Ukraina bergabung dengan NATO, aliansi yang sebelumnya dibentuk untuk melindungi Eropa dari Uni Soviet.
Baca Juga: Rumor Berkencan Diam-diam Selama 4 Tahun dengan Park Seo Joon, Park Min Young Beri Penjelasan
Dalam beberapa tahun terakhir, NATO telah berkembang lebih jauh hingga ke timur untuk mengambil negara-negara bekas blok Soviet. Hal inilah yang kemudian membuat Rusia marah.
Kremlin melihat perluasan NATO sebagai ancaman, seperti halnya postur militer sekutu baru Barat.
Di sisi lain, Zelenskiy mengatakan jika negaranya terbuka untuk kembali berkompromi untuk membahas status dua wilayah pro-Rusia yang memisahkan diri dan diklaim Vladimir Putin.
Rusia mengklaim dua wilayah di Ukraina, yakni Donetsk dan Lugansk yang telah berperang melawan Kyiv sejak 2014.
Baca Juga: Lirik Lagu Ven para - Weeekly, Lengkap dengan Terjemahan Bahasa Indonesia
Saat ini, Putin menginginkan Ukraina mengakui kedua wilayah tersebut sebagai negara berdaulat dan mandiri.
Ukraina pun, menurut Zelenskiy terbuka untuk berdialog. "Saya berbicara tentang jaminan keamanan," katanya.
Zelenskiy mengatakan, kedua wilayah tersebut belum diakui oleh siapa pun kecuali Rusia, republik semu ini.
“Tetapi kita dapat mendiskusikan dan menemukan kompromi tentang bagaimana wilayah ini akan terus hidup," imbuh Zelenskiy.***