Thailand Rasakan Dampak Ekonomi Akibat Perang Rusia-Ukraina, akankah Sampai ke Indonesia?

9 Maret 2022, 14:30 WIB
Kondisi Kota Kyiv Ukraina yang diserang militer Rusia. Invasi ini berdampak secara ekonomi di seluruh dunia. /Maksim Levin/Reuters

PR DEPOK – Thailand dikabarkan tengah merasakan dampak ekonomi atas perang Rusia-Ukraina.

Seorang pengekspor Pyton Enloe misalnya, mengakui dampak ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina.

Ia mengaku sudah tidak mungkin lagi mengekspor buah dan sayuran segar Thailand ke Rusia karena invasi Moskow ke Ukraina.

Baca Juga: Israel Sudah Bicara dengan Rusia, Ini Tuntutan Baru Vladimir Putin ke Ukraina agar Perang Berakhir

Bagi pengekspor Peyton Enloe yang berbasis di Bangkok, memasukkan buah dan sayuran segar Thailand ke rak supermarket Rusia telah menjadi tugas yang hampir mustahil.

“Kami pada dasarnya kehilangan akses pasar ke Rusia,” ujar Enloe, direktur pelaksana Purithai Produce seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Aljazeera.

Pihaknya sebelum itu rutin mengirimkan produk segar dan beku ke Eropa, Amerika, dan Rusia.

Baca Juga: Menlu Retno Marsudi Ungkap Posisi Indonesia Sikapi Perang Rusia-Ukraina, Berpihak ke Mana?

Akan tetapi, konsumen Rusia berkurang karena nilai rubel anjlok ke rekor terendah.

“Pelanggan Rusia saya memberitahu saya bahwa orang-orang tidak punya uang bahkan untuk membeli kebutuhan pokok, apalagi produk 'eksotis' seperti mangga, durian, rambutan,” ujarnya

Tidak hanya itu, pesawat Aeroflot yang diandalkan Enloe untuk mengangkut produknya kehabisan ruang karena penerbangan dipenuhi turis Rusia yang mempersingkat liburan mereka.

Baca Juga: Cara Cek Penerima BPNT 2022 Modal KTP di Aplikasi Cek Bansos untuk Dapatkan Bansos Rp600 Ribu

Untuk diketahui, ekonomi Rusia sedang dihantam oleh sanksi yang dipimpin negara barat yang diperkenalkan sebagai tanggapan atas invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina.

Kampanye militer Vladimir Putin di Ukraina telah mengganggu arus barang antar benua, dengan perusahaan pelayaran besar seperti Maersk dan CMA CGM mengumumkan mereka tidak akan lagi melayani pelabuhan Rusia.

Ekonomi terbesar Asia juga bergantung pada minyak dan gas impor, sedangkan Rusia termasuk pemasok terbesar membuat mereka rentan terhadap kenaikan harga energi.

Baca Juga: Retno Marsudi Ungkap Kendala dalam Proses Evakuasi WNI di Ukraina, Menlu: Ini Situasi Nggak Normal

Meski demikian, prospek Asia juga telah berubah menjadi sangat negatif karena kepedihan ekonomi menyebar ke seluruh dunia.

“Asia tidak akan terpengaruh sebanyak Rusia atau Eropa” 

“Tetapi harga energi global yang lebih tinggi dan perdagangan global yang lebih lambat akan membebani pemulihan Asia, terutama untuk negara-negara yang sangat bergantung pada impor minyak seperti Jepang, Korea Selatan, dan India,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Bansos BPNT Kartu Sembako Masih Dibuka! Simak Cara Cek Penerima Bantuan di Website cekbansos.kemensos.go.id

Bagi China, yang telah menolak untuk mengutuk atau memberikan sanksi kepada Rusia, setiap hambatan berkepanjangan pada pertumbuhan global yang disebabkan oleh perang adalah berita buruk, bahkan jika Beijing meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Moskow yang semakin tidak bersahabat.

“Ketika Rusia menjadi semakin terisolasi, itu akan lebih bersandar pada China sebagai mitra dagang,” kata Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics.

Sementara itu, untuk negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, dampak ekonomi hanya dirasakan pada sektor-sektor tertentu.

Baca Juga: Cara Daftar Bansos Anak Sekolah Online 2022 agar Siswa SD, SMP, dan SMA Dapat BLT Rp4,4 Juta

“Bagi Thailand, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara dan salah satu kawasan yang paling terpukul selama pandemi, gempa susulan ekonomi dari invasi Rusia sebagian besar dirasakan di sektor-sektor tertentu,” ujarnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler