PBB Ingatkan Dampak Perang Rusia-Ukraina untuk Seluruh Dunia, 62 Negara Terancam Hadapi Kemiskinan

19 April 2022, 17:30 WIB
Situasi pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang non-proliferasi senjata pemusnah massal, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di Markas Besar PBB di New York City, AS, 14 Maret 2022. Dampak perang Rusia-Ukraina menjangkau seluruh dunia. /Andrew Kelly/Reuters/

PR DEPOK – Perserikatan Bangsa Bagsa atau PBB baru-baru ini membuat analisis soal dampak perang Rusia-Ukraina untuk seluruh dunia.

PBB menyebutkan dampak perang Rusia dan Ukraina meningkatkan biaya hidup di seluruh dunia.

Bahkan, biaya perang Rusia-Ukraina untuk dunia meningkat dari hari ke hari.

Baca Juga: Apakah Cuti Melahirkan Tetap Dapat THR 2022? Simak Penjelasan Berikut

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres baru-baru ini memperingatkan bahwa sekitar 1,7 miliar orang menghadapi masalah serius dalam ketahanan pangan, energi dan pembiayaan, yang telah memperburuk kemiskinan, dan kelaparan.

Guterres menekankan bahwa perang, baik dampak utamanya maupun susulan, telah menargetkan sebagian besar orang, negara, dan ekonomi yang rentan.

Menurutnya, dampak perang Rusia-Ukraina bersifat global dan sistematis.

Baca Juga: Jangan Kaget! BPNT Rp600.000 Cair Usai Input NIK KTP ke Sini, Hubungi Nomor Ini jika Tak Dapat Bansos

Menurut PBB, setelah penyebaran virus corona dan kemudian perang Rusia-Ukraina, ada tantangan besar dalam ekonomi dan perdagangan global.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Sabah, berdasarkan laporan Global Crisis Response Group on Food, Energy and Finance (GCRG) PBB, tercatat bahwa 69 negara dengan populasi 1,2 miliar terdampak perang Rusia-Ukraina.

Tidak hanya itu, ada krisis tiga dimensi bahwa jumlah negara yang menghadapinya adalah 25 di Afrika, 25 di Asia-Pasifik dan 19 di Amerika Latin dan Karibia.

Baca Juga: Shin Hyun Been dan Goo Kyo Hwan Jadi Pasangan Suami Istri di Drama Monstrous, Begini Detail Karakternya

Guterres lantas menunjukkan bahwa inflasi global telah meningkat, daya beli telah menurun, ekspektasi pertumbuhan telah jatuh, pembangunan telah terhenti dan ada risiko lingkaran setan inflasi dan resesi parah dalam pertumbuhan.

Jadi, ia menunjuk pada risiko stagflasi akibat perang Rusia-Ukraina ini.

Tahun lalu, ekonom terkenal AS Nouriel Roubini pertama kali mulai menyebutkan stagflasi, tetapi secara internasional mengamati bahwa semakin banyak ekonom tidak mengabaikan risiko stagflasi.

Baca Juga: Apa Itu Itikaf dan Apa Saja Syaratnya? Simak Penjelasan Lengkapnya di Sini

Meski demikian, beberapa ekonom ortodoks neoliberal terkenal, dengan menakutkan mengabaikan ketidakpastian dan kehancuran yang ditimbulkan oleh pandemi dan perang Rusia-Ukraina, menyatakan bahwa bank sentral sangat perlu menaikkan suku bunga untuk mengekang risiko kenaikan inflasi.

Akan tetapi, langkah tersebut tidak akan mampu mematahkan dampak meningkatnya gelembung inflasi global terhadap perekonomian nasional dalam jangka pendek hingga akhir tahun 2022 dan akan tetap memperhitungkan risiko stagflasi.

Guterres, di sisi lain, mendesak negara-negara untuk menggunakan krisis sebagai peluang untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan.

Baca Juga: Wanita Cuti Melahirkan Dapat THR Lebaran 2022? Simak Penjelasan dari Kemnaker

Ia pun mengingatkan bahwa pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia pada 18 dan 24 April adalah sebuah peluang.

Maka dari itu,  ia meminta kedua organisasi untuk meningkatkan batasan untuk bantuan keuangan yang cepat, menangguhkan biaya tambahan suku bunga selama dua tahun dan menjajaki kemungkinan menyediakan lebih banyak likuiditas melalui langkah-langkah khusus yang menargetkan negara-negara yang rentan dan paling terkena dampak.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Daily Sabah

Tags

Terkini

Terpopuler