PR DEPOK - Kamel Hamed, petani gandum berusia sekitar 53 tahun ini terlihat sangat sedih ketika memandangi gandumnya yang melambai tertiup angin.
Mengapa tidak, Irak belakangan ini mengalami kekeringan yang luar biasa hingga menyebabkan panennya seperti terbakar.
Menurut Kamel Hamed, kurangnya air hujan telah mengancam hasil panen gandumnya. Ia tak berani memakai air sumur karena terlalu asin sehingga tidak dapat digunakan untuk menyirami gandum.
Selain kekeringan, ancaman lain yakni perang Rusia-Ukraina pun ikut memengaruhi hasil panen gandumnya sejak Februari, seperti dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Channel New Asia.
Invasi atau perang Rusia-Ukraina, membuat harga biaya bahan bakar, benih dan pupuk melambung tinggi dan karena hujan tak kunjung datang.
Hamed dan petani gandum lainnya terpaksa mengurangi area yang ditanami gandum hingga setengahnya. Sebagai gantinya Hamed hanya menanam sekitar seperempat dari 100 donumnya (10 hektar).
Para petani merasa sangat tertekan, mereka juga mengalami kebuntuan untuk dapat menghidupi keluarganya karena tidak memiliki penghasilan dan pekerjaan akibat kekeringan dan perang.
Baca Juga: BPNT 2022 Cair Mei 2022, Simak Cara Cek Penerima Bantuan Rp600 Ribu di cekbansos.kemensos.go.id
Setelah beberapa dekade Irak telah menghadapi tantangan besar. Mulai dari perang bersaudara hingga pemberontakan.
Kini mereka terpaksa lagi harus bersabar karena diterpa kesengsaraan akibat iklim yang membuat negaranya kehilangan banyak cadangan air.
Ditambah dengan masalah ekonomi dunia,ini menjadi masalah yang sangat sensitif bagi Irak. Sungai mulai menipis dan badai pasir semakin intens mereka rasakan.
Menurut keterangan dari masyarakat Irak, pihak berwenang pun kurang memberikan dukungan. Atas hal-hal yang telah terjadi, Irak kini benar-benar sangat menyedihkan.***