2500 Pejuang Ukraina di Mariupol Hadapi Pengadilan, Zelensky Upayakan Pertukaran Tahanan dengan Rusia

22 Mei 2022, 13:30 WIB
Dalam perang antara Rusia dan Ukraina, Zelensky berupaya bertukar tahanan jelang 2500 pejuang di Mariupol yang akan hadapi pengadilan. /Reuters

PR DEPOK - Situasi terkini perang Rusia versus Ukraina yang telah memasuki hari ke-87 pasca invasi.

Kekhawatiran mulai tumbuh untuk tawanan perang Azovstal, pejuang Ukraina, sejak menyerah usai berjuang mempertahankan Mariupol dari gempuran Rusia selama berminggu-minggu.

Seorang pemimpin separatis Rusia mengatakan hampir 2.500 pejuang Ukraina dari pabrik baja Mariupol sekarang menjadi tahanan.

Di antara 2500 tahanan tersebut termasuk 78 wanita, akan menghadapi pengadilan perang dalam waktu dekat.

Baca Juga: Cara Dapatkan Insentif Rp3,55 Juta di Kartu Prakerja Gelombang 30, Ini Syarat Daftarnya

Pasukan Rusia saat ini tengah mengintensifkan dalam upaya untuk merebut Severodonetsk, titik kuat terakhir Ukraina di wilayah Luhansk.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa negaranya siap untuk menukar pasukannya yang menyerah di pabrik baja Azovstal di Mariupol dengan tahanan Rusia.

Seorang perunding Rusia mengatakan bahwa Moskow akan mempertimbangkan usulan untuk menukar tahanan dari batalyon Azov Ukraina dengan Viktor Medvedchuk, seorang pengusaha kaya Ukraina yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin.

Baca Juga: Sedang Tayang Live Streaming Final Badminton SEA Games 2022 Perorangan: Ada PraYer vs Leo/Daniel

Dia tidak merinci lebih lanjut terkait jumlah tahanan yang dipertimbangkan untuk pertukaran tersebut.

Raksasa energi Rusia, Gazprom mengatakan telah menghentikan semua pasokan gas alam ke Finlandia karena pihaknya belum menerima pembayaran dalam bentuk rubel.

Dilansir Pikiranrakyat-Depok.com dari Aljazeera, seorang politisi Rusia dan perwakilan yang ditunjuk Putin untuk wilayah yang telah dicaplok Krimea mengatakan bahwa Ukraina tidak mungkin terus ada dalam bentuknya saat ini, menurut keterangan kantor berita negara Rusia RIA.

Baca Juga: Jadwal dan Link Live Streaming Final Voli SEA Games 2022, Indonesia Siap Hadapi Vietnam

Georgy Muradov menyarankan Ukraina kemungkinan akan menjadi federasi, atau sekelompok negara.

Dirinya juga menambahkan bahwa tidak ada negara yang menghormati dirinya sendiri yang akan mentoleransi pelanggaran yang mencolok terhadap hak rakyatnya di negara tetangga, dengan menggunakan argumen yang biasa digunakan Moskow karena telah menginvasi Ukraina.

"Dan terlebih lagi jika upaya ini mengakibatkan pemusnahan langsung terhadap orang-orang, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir sehubungan dengan orang Rusia dan penutur bahasa Rusia di Ukraina, di mana mereka tinggal selama berabad-abad di tanah air mereka sendiri," katanya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler