PR DEPOK - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sedang menyelidiki laporan bahwa virus cacar monyet ada di dalam sperma pasien.
WHO dalam hal ini pihaknya menjajaki kemungkinan bahwa penyakit cacar monyet dapat ditularkan secara seksual.
Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat WHO pada Rabu, waktu setempat.
Diketahui, banyak kasus dalam wabah meluasnya cacar monyet saat ini, sebagian besar berpusat di Eropa, di antara pasangan seksual yang telah melakukan kontak fisik secara dekat.
Baca Juga: Vladimir Putin akan Bertemu Jokowi 30 Juni 2022, Rusia Akui Indonesia sebagai Mitra Penting
Dalam beberapa hari terakhir, para ilmuwan mengatakan mereka telah mendeteksi DNA virus cacar monyet di dalam sperma dari segelintir pasien cacar monyet di Italia dan juga Jerman, termasuk sampel yang diuji di laboratorium yang menunjukkan bahwa virus yang ditemukan dalam sperma satu pasien mampu menginfeksi orang lain dan mereplikasi.
Catherine Smallwood, manajer insiden cacar monyet di WHO/Eropa, mengatakan tidak diketahui secara pasti apakah laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa virus cacar monyet dapat ditularkan secara seksual.
"Ini mungkin sesuatu yang tidak kita sadari pada penyakit ini sebelumnya," katanya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.
Baca Juga: Korlantas Polri Ungkap 3 Daerah yang Mulai Berlakukan Pelat Nomor Kendaraan Berwarna Putih
"Kami benar-benar harus fokus pada cara penularan yang paling sering dan kami dengan jelas melihat hal itu terkait dengan kontak kulit ke kulit," tegasnya.
Lebih dari 1.300 kasus penyakit virus cacar monyet telah dilaporkan oleh sekitar 30 negara sejak awal Mei 2022 lalu.
Sebagian besar kasus telah dilaporkan terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Baca Juga: Jakarta Fair 2022 Buka Jam Berapa? Berikut Jadwal Masuk dan Cara Beli Tiket PRJ Kemayoran
Wabah ini juga telah memicu kekhawatiran, karena virus cacar monyet ini jarang terlihat di luar Afrika, di mana kawasan endemik, dan juga sebagian besar kasus di Eropa tidak terkait dengan perjalanan ke benua tersebut.
Ketika wabah menyebar, WHO telah merekomendasikan vaksinasi yang ditargetkan kepada kontak dekat, termasuk petugas kesehatan.
Banyak pihak yang telah diperingatkan untuk tidak menimbun vaksin.
"Sekali lagi, pendekatan 'saya duluan' dapat menyebabkan konsekuensi yang merusak di masa depan," kata Hans Kluge, direktur regional WHO untuk Eropa.
"Saya memohon kepada pemerintah untuk mengatasi cacar monyet tanpa mengulangi kesalahan pandemi - dan juga menjaga kesetaraan sebagai inti dari semua yang kita lakukan," ungkapnya.***