Presiden Sri Lanka Coba Melarikan Diri ke Uni Emirat Arab, Ini yang Dilakukan Staf Bandara

12 Juli 2022, 20:50 WIB
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. /Reuters

PR DEPOK - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mencoba melarikan diri ke Uni Emirat Arab (UEA) di tengah krisis ekonomi yang dialami negaranya.

Namun, niatan Presiden Sri Lanka tersebut digagalkan oleh staf bandara internasional setempat.

Staf imigrasi di bandara menolak pergi ke kamar VIP untuk mencap paspor Presiden Sri Lanka berusia 71 tahun itu agar dia bisa terbang ke Uni Emirat Arab (UEA), sumber mengatakan kepada AFP.

Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 36 Sudah Dibuka! Simak 6 Syarat Utama dan Tips Lolos Seleksi

“Mengingat kerusuhan di Sri Lanka, pejabat imigrasi berada di bawah tekanan luar biasa untuk tidak mengizinkan orang-orang tingkat atas meninggalkan negara itu”

“Kami khawatir dengan keamanan kami. Jadi sampai masalah ini diselesaikan, petugas imigrasi yang bekerja di ruang VIP memutuskan untuk menarik layanan mereka," kata KAS Kanugala, Ketua Asosiasi Petugas Imigrasi dan Emigrasi Sri Lanka, mengatakan kepada Reuters dikutip dari Independent.

Gotabaya Rajapaksa sendiri menolak untuk pergi melalui fasilitas umum karena takut akan reaksi dari penumpang lain.

Baca Juga: Cara Beli Pelatihan Prakerja Gelombang 36 di Tokopedia, Bukalapak, Pintaria, Pijar Mahir, dan Kemnaker

Sebelumnya, Rajapaksa telah melarikan diri dari kediaman resminya sebelum ribuan orang menyerbu ke istananya di Kolombo.

Rajapaksa dan istrinya diduga menghabiskan malam di sebuah pangkalan militer yang terletak di dekat bandara internasional di sebelah bandara internasional utama setelah kehilangan empat penerbangan.

Meskipun keberadaannya telah dirahasiakan dari mata publik, ia diyakini bersembunyi di sebuah kapal angkatan laut di perairan Sri Lanka.

Baca Juga: Rusia Tawarkan Kewarganegaraan Jalur Cepat untuk Semua orang Ukraina, Perang Berakhir?

Saudaranya dan mantan menteri keuangan Basil Rajapaksa juga dilarang terbang ke luar negeri ke Dubai pada hari yang sama setelah staf imigrasi menolak layanan jalur cepat kepadanya.

Protes jalanan massal telah menyebar ke seluruh negeri dan menuntut pengunduran diri Rajapaksa atas krisis ekonomi yang terjadi di Sri Lanka.

Negara kepulauan berpenduduk 22 juta jiwa itu sebagian besar menyalahkan keluarga Rajapaksa, termasuk Mahinda Rajapaksa yang pernah menjabat sebagai presiden dan perdana menteri, atas krisis keuangan terburuk Sri Lanka sejak kemerdekaan pada 1948.

Baca Juga: China Peringatkan Negara-negara Asia Tenggara, Ada Apa?

Enam Rajapaksa menjabat di kabinet dan Gotabaya Rajapaksa keluar dari kantor akan menandai berakhirnya sementara pemerintahan keluarga di Sri Lanka.

Laporan menunjukkan bahwa presiden Sri Lanka telah menandatangani surat pengunduran diri tertanggal 13 Juli yang akan diserahkan kepada ketua parlemen pada hari Rabu.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Independent

Tags

Terkini

Terpopuler