PR DEPOK - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kembali meminta semua perusahaan minyak untuk menurunkan harga.
Padahal harga bensin di AS telah turun ke level tertinggi pada bulan ini, tetapi Joe Biden tetap mengulangi tuntutan agar perusahaan minyak menurunkan harga.
"Bulan lalu, harga minyak di seluruh dunia turun"
Baca Juga: Inggris Ambil Kebijakan Pemotongan Pajak di Tengah Krisis, IMF Beri Kritik Tajam
"Namun, kami belum melihat harga yang lebih rendah. Sementara itu, perusahaan minyak dan gas masih membuat rekor keuntungan miliar dolar keuntungan," kata Joe Biden pada pertemuan dewan di Gedung Putih.
Sebagaimana dilansir Pikiranrakyat-Depok.com dari World Oil pada Rabu, 28 September 2022, minyak berjangka AS turun 9,2 persen pada Agustus lalu.
Menurut data American Automobile Association, harga bensin selama bulan yang sama juga mengalami penurunan hingga 9,2 persen.
Baca Juga: Referendum yang Digelar Rusia di Sebagian Dianggap Penuh Tekanan
Namun seperti yang dicatat Joe Biden, harga bensin di seluruh negara bagian tetap tidak merata, mereka jauh lebih tinggi di negara bagian barat karena kurangnya kapasitas penyulingan.
"Pesan saya sederhana kepada perusahaan yang menjalankan pompa bensin dan menetapkan harga: turunkan harga sekarang!" ujar Joe Biden.
Perintah Joe Biden menggemakan komentar yang ia buat awal tahun ini karena rata-rata harga bensin AS melonjak, mencapai lebih dari 5 dolar per galon pada bulan Juni.
Gedung Putih mengeluarkan banyak upaya untuk mencoba membalikkan tren, termasuk pelepasan besar-besaran stok minyak bumi dan penjangkauan diplomatik ke Arab Saudi untuk mencari produksi tambahan.
Baca Juga: Cek Penerima BPUM 2022 Pakai NIK KTP, Login eform.bri.co.id untuk Dapat BLT UMKM Rp600.000
Harga bensin telah jatuh sejak puncaknya rata-rata lebih dari 1 dolar dibantu oleh penurunan harga minyak internasional di tengah dampak penguncian Covid-19 dan spekulasi tentang efek perlambatan ekonomi global.
Namun, ada juga tanda-tanda bahwa harga gas AS turun setelah naik sedikit minggu lalu.
Bagi Joe Biden, hal itu berisiko menghidupkan kembali harga gas sebagai masalah politik menjelang pemilihan umum pada November mendatang.***