Salahkan AS dan Israel sebagai Penyebab Kerusuhan di Negaranya, Pejabat Militer Iran Berikan Ancaman

11 Oktober 2022, 21:05 WIB
Ilustrasi demo atas meninggalnya Mahsa Amini diduga akibat polisi Iran - Seorang pejabat militer Iran mengancam AS dan Israel, menyebut kedua negara sebagai penyebab kerusuhan di negaranya. /REUTERS/Murad Sezer

PR DEPOK – Seorang pejabat tinggi militer di Iran menyebut AS dan Israel sebagai penyebab kerusuhan di negara itu setelah pembunuhan brutal terhadap Mahsa Amini.

Komandan Angkatan Darat Iran Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi mengancam bahwa akan tiba untuk hari pembalasan, ketika dia berbicara kepada pasukan selama upacara militer.

"Harinya akan tiba ketika ini diselesaikan sekaligus, dan kalian para pemuda yang terkasih akan melihat hari itu dengan mata kepala sendiri.

"Musuh kita tidak bisa mentolerir kemajuan bangsa ini dan solidaritas antara bangsa dan Angkatan Bersenjata.

Baca Juga: Rusia Serang Ukraina dengan Rudal dari Segala Arah, Analis: Berada di Bawah Tekanan Propagandisnya Sendiri

"Salah satu tujuan utama mereka adalah untuk merusak keamanan dan akhirnya melemahkan kekuatan pertahanan negara," katanya, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Mirror.

Protes di Iran berlangsung ketika para demonstran mengungkapkan kemarahan mereka atas kematian Mahsa Amini, yang meninggal dalam tahanan.

Mahsa Amini ditahan oleh apa yang disebut polisi moralitas negara itu bulan lalu.

Amini, baru berusia 22 tahun, ditangkap karena mengenakan jilbab 'secara tidak benar' dan secara tidak sengaja memperlihatkan rambutnya.

Baca Juga: Link Streaming Liga Champions PSG vs Benfica: Tanpa Lionel Messi, Les Parisiens Tumpul Lagi?

Dikatakan dia dibawa ke dalam sebuah van dan dibawa ke rumah sakit di mana polisi memukulinya hingga koma sebelum dia meninggal pada 16 September.

Korban tewas pengunjuk rasa diperkirakan sekitar 150 orang sejauh ini. LSM Hak Asasi Manusia Iran mengatakan setidaknya 185 orang telah tewas sejauh ini, termasuk anak-anak.

Kemarahan atas meninggalnya Amini meledak menjadi kemarahan di seluruh negara bagian terhadap pemerintah yang dijalankan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Setidaknya tiga orang telah ditembak mati dalam bentrokan dengan polisi.

Baca Juga: Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023, Ada 24 Hari

Setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, rezim baru memberlakukan undang-undang yang ketat bagi perempuan di masyarakat Iran termasuk aturan berpakaian.

Penentangan yang berkelanjutan terhadap undang-undang tersebut telah terlihat di tahun-tahun sejak itu, tetapi jarang dalam skala yang sama dengan protes saat ini.

Awal tahun ini, gerakan #No2Hijab dan #WalkingUnveiled pecah secara online ketika para wanita memprotes Hari Jilbab dan Kesucian di negara itu pada 12 Juli.

Pada awal September, Iran bergerak untuk memperketat undang-undang jilbab negara itu dengan memperkenalkan penggunaan teknologi pengenalan wajah pada transportasi umum.

Baca Juga: Link Nonton dan Spoiler Drama Cheer Up Episode 4 Sub Indo Tayang Malam Ini: Kompetisi Pertama Do Hae Yi

Sementara Mousavi, terus menuduh kekuatan Barat berusaha untuk mengacaukan kemajuan Iran.

"Strategi terpenting mereka adalah menyebarkan keputusasaan, menghancurkan ketabahan bangsa Iran yang besar, dan merusak keamanan Iran untuk mengganggu kemerdekaan dan kemajuannya," katanya.

"Mereka berusaha untuk menghilangkan keamanan dan harapan bangsa ini, dan menghancurkan perlawanannya," ujarnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Mirror

Tags

Terkini

Terpopuler