PR DEPOK – Benjamin Netanyahu kembali mencalonkan diri dalam pemilihan umum (pemilu) Israel pada Selasa, 1 November 2022.
Kabarnya, Benjamin Netanyahu, yang merupakan mantan Perdana Menteri itu ikut dalam pemilu Israel sebagai upaya untuk menghidupkan kembali partai sayap kanan negara tersebut, sekaligus menjadi pemimpin partai koalisi.
Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters, Benjamin Netanyahu sebelumnya pernah diadili atas tuduhan korupsi.
Namun, tuduhan itu dibantah Benjamin Netanyahu, yang merupakan perdana menteri Israel terlama dalam sejarah.
Meski terjerat kasus dugaan korupsi, partai Netanyahu, yakni Likud diperkirakan akan menjadi yang terbesar di parlemen.
Sementara, dari hasil jajak pendapat yang diumumkan pekan lalu, Netanyahu masih membutuhkan 61 kursi yang dibutuhkan dari 120 mayoritas kursi di Knesset.
Baca Juga: Cara Cairkan BSU 2022 Tahap 7 lewat Kantor Pos, Dapatkan Kode QR usai Login ke Aplikasi Pospay
Hal ini juga yang menjadi pemicu perselisihan koalisi yang berlangsung berminggu-minggu dan berpotensi untuk diadakan pemilihan baru.
Di sisi lain, warga Israel khawatir proses pemilu Israel ini memicu kekhawatiran keamanan dan lonjakan harga komoditas.
Sebab, sebelumnya Perdana Menteri Israel Yair Lapid yang berhaluan kanan, berupaya agar pemilihan bisa dilakukan lebih awal menyusul pembelotan dari koalisi yang berkuasa di parlemen.
Baca Juga: 1 November Bertepatan dengan Hari Berdirinya Klub Sepak Bola Juventus, Berikut Sejarahnya
Namun, perselisihan kebijakan ini telah dibayangi oleh kepribadian Netanyahu yang terlalu besar.
Bahkan, pertarungan Netanyahu dalam proses hukum yang menjeratnya telah memberi jalan buntu yang menghalangi sistem politik Israel.
Sementara itu, ditengah proses hukum Netanyahu yang berlanjut, Ben-Gvir dan sesama pemimpin sayap kanan Bezalel Smotrich telah memakan basis hawkish tradisional Likud dan Zionisme Agama yang dulu marjinal sekarang ditetapkan menjadi partai terbesar ketiga di parlemen.
Baca Juga: Lirik Lagu November Rain - Guns N Roses Berikut Terjemahan Bahasa Indonesia, Penuh Makna
Ben-Gvir, yang merupakan mantan anggota Kach, sebuah kelompok di daftar pantauan teroris Israel dan AS, telah memoderasi beberapa posisi sebelumnya.
Namun, peluang Ben-Gvur bergabung dengan pemerintah koalisi yang dipimpin oleh Netanyahu berisiko mengkhawatirkan Washington.***