WHO Sebut Pandemi Covid-19 Memperburuk Pengendalian Malaria, Sebagian Besar Kematian Terjadi di Afrika

9 Desember 2022, 18:15 WIB
Ilustrasi nyamuk anopheles, penyebab malaria - Menurut WHO, pandemi Covid-19 telah memperburuk pengendalian penyakit malaria dan kematian banyak terjadi di Afrika. /Pixabay/41330/

PR DEPOK – Laporan terbaru bari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa pandemi virus corona telah mengganggu upaya pengendalian malaria.

Akibatnya, lanjut WHO, ada 63.000 kematian tambahan dan 13 juta lebih infeksi malaria secara global selama dua tahun.

Kasus penyakit malaria meningkat pada tahun 2020 dan terus meningkat pada tahun 2021, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat, tambah WHO dalam Laporan Malaria Dunia 2022 yang dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Al Jazeera.

Sekitar 95 persen infeksi dan kematian akibat malaria dunia tahun lalu terjadi di Afrika. Dan hanya empat negara yakni Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Niger dan Tanzania yang menyumbang lebih dari setengah kematian akibat malaria.

Baca Juga: Prediksi Hasil Pertandingan Kroasia vs Brasil di Babak 8 Besar Piala Dunia: Cek Preview dan Starting Lineup

“Kita keluar jalur sebelum pandemi dan pandemi sekarang memperburuk keadaan,” kata Abdisalan Noor, pejabat senior di departemen malaria WHO.

Meskipun perkiraan kematian akibat malaria secara global menurun menjadi 619.000 pada tahun 2021, jumlah kematian tetap lebih tinggi dari perkiraan 568.000 pada tahun 2019.

Sementara itu, jumlah infeksi malaria terus meningkat, meskipun dengan laju yang lebih lambat, diperkirakan mencapai 247 juta pada tahun 2021. Dibandingkan dengan 245 juta kasus pada tahun 2020 dan 232 juta pada tahun 2019.

WHO menyoroti bahwa pendanaan yang lebih rendah karena pandemi dan kenaikan biaya telah meningkatkan tekanan pada program malaria nasional.

Baca Juga: Syarat Buat BPJS Kesehatan Beserta Tata Cara Daftar Online Lewat Aplikasi Mobile JKN

Ke depannya, WHO mencatat sejumlah perkembangan yang menjanjikan, antara lain vaksin malaria pertama, RTS, yang telah diberikan kepada lebih dari satu juta anak dan akan tersedia secara luas tahun depan.

Noor dari WHO mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan berapa banyak nyawa yang akan diselamatkan oleh vaksin tersebut.

“Tapi kami memperkirakan dampak yang cukup besar pada penyakit parah dan kematian," katanya.

Namun, vaksin tersebut hanya efektif sekitar 30 persen dan membutuhkan empat dosis.

Baca Juga: Segera Berakhir! Buruan Cek Bansos Kemensos dan Kemnaker Desember 2022 secara Online via 2 Link Ini, Ada BLT

WHO juga menekankan bahwa masih ada tantangan besar, termasuk jumlah kelambu yang tidak mencukupi dan penyebaran nyamuk pembawa parasit yang lebih besar.

Para pejabat juga menyuarakan keprihatinan tentang spesies nyamuk invasif baru yang tumbuh subur di kota-kota, kebal terhadap banyak pestisida dan dapat membatalkan kemajuan bertahun-tahun melawan malaria.

Spesies invasif belum secara signifikan berkontribusi terhadap malaria secara keseluruhan di benua itu, tetapi serangga tersebut kemungkinan besar bertanggung jawab atas lonjakan baru-baru ini di beberapa bagian Afrika.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler