Diplomat Ini Sebut Vladimir Putin Bisa Dikudeta Jika Kalah dalam Perang di Ukraina, Singgung Senjata Nuklir

9 Desember 2022, 21:30 WIB
Seorang diplomat veteran menyatakan bahwa Putin bisa mengalami kudeta jika kalah dalam perang di Ukraina. /Sputnik/Mikhail Klimentyev/Reuters

PR DEPOK – Vladimir Putin dapat menghadapi kudeta jika dia dikalahkan di Ukraina, menurut seorang diplomat veteran yang mengundurkan diri karena perang.

Boris Bondarev, yang keluar dari misi PBB di Rusia pada Mei, mengatakan elit Putin mungkin memaksanya untuk tidur dan tidak pernah bangun jika invasi di Ukraina itu dipukul mundur.

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Daily Mail, dia mengatakan bahwa mencoba menegosiasikan diakhirinya perang dengan Rusia tidak ada gunanya karena akan dibaca sebagai tanda kelemahan dan hanya akan meyakinkan Rusia untuk berjuang lebih keras.

"Anda memprovokasi Putin dengan semua pembicaraan untuk tidak memprovokasi dia," katanya.

Baca Juga: Update Covid-19 Indonesia 9 Desember 2022: Masih Turun, Kasus Corona Baru Hari Ini 2.501

“Pada titik tertentu akan ada waktu ketika Putin akan menggunakan sesuatu seperti senjata nuklir hanya untuk menunjukkan bahwa dia serius tentang hal itu.

“Kremlin yang memulai perang melakukannya karena mereka percaya Barat takut, lemah dan tidak mampu berperang untuk Ukraina,” ia menambahkan.

Bondarev percaya bahwa pembicaraan di antara para pemimpin Barat tentang tidak ingin meningkatkan perang, atau melewati 'garis merah' Kremlin hanya meyakinkan mereka bahwa mereka benar.

Ditanya seberapa besar kemungkinan Putin bisa digulingkan, dia berkata ada kemungkinan Putin bisa dipaksa turun dari jabatannya.

Baca Juga: Klasemen Piala Dunia 2022 Hari Ini, Lengkap dengan Jadwal Pertandingan Babak Perempat Final

“Tapi pertama-tama dia harus dianggap oleh bangsanya sendiri sebagai pecundang, sebagai seseorang yang berbohong dan membodohi mereka.

“Mereka harus melihatnya lemah, dan itu akan terjadi hanya jika dia benar-benar dikalahkan secara luas di Ukraina.

“Jika kekalahannya di Ukraina dipahami secara luas, diketahui secara luas oleh masyarakat umum dan elitnya, mungkin memaksanya untuk tidur dan tidak pernah bangun lagi,” ujarnya.

Bondarev menepis kekhawatiran bahwa siapa pun yang mengambil alih setelah Putin bisa menjadi garis keras lain, bahkan mungkin lebih tidak mungkin untuk mengakhiri perang.

Baca Juga: Johnny, Jaehyun, dan Jungwoo NCT Alami Kecelakaan Saat Syuting Iklan, Diduga Jatuh dari Ketinggian 2 Meter

Elit pro-perang tidak akan menggulingkan Putin, dia percaya, karena mereka tahu mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan darinya.

“Merpati dan bukan elang akan menggulingkan Putin, kemungkinan didorong oleh perubahan opini publik Rusia terhadapnya,” tambahnya.

Meskipun pemain kekuasaan dalam rezim Putin mungkin mencoba untuk mengambil kursi teratas ketika menjadi kosong, Bondarev yakin mereka akan menghancurkan satu sama lain dalam proses tersebut.

Adapun apa yang terjadi pada Rusia selanjutnya, dia mengatakan negara itu tidak dapat dibiarkan sendiri jika tidak, sejarah akan terulang kembali.

Baca Juga: Prakiraan Hujan di Indonesia 10 Desember 2022: Sebagian Jawa Barat Berpotensi Turun Hujan Sedang

“Rusia harus dianggap sebagai masyarakat yang sangat sakit, totalitarianisme adalah penyakit dan Putin adalah gejala dari penyakit itu,” tuturnya.

“Rusia harus mengatasi penyakit ini dan pulih darinya. Jika Anda memiliki orang sakit Anda tidak meninggalkannya di jalan sehingga dia meninggal, Anda membantunya untuk sembuh. Rusia akan membutuhkan bantuan setelah Putin.

“Jika Rusia dibiarkan begitu saja maka dalam 10 atau 15 tahun kita mungkin menghadapi masalah yang sama yang kita hadapi hari ini. Rusia bisa berakhir sebagai raksasa Korea Utara,” katanya.

Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, dan think-tank Inggris RUSI mengatakan rencana awal menyerukan serangan 10 hari untuk diikuti oleh pendudukan, dan akhirnya aneksasi pada Agustus tahun ini.

Baca Juga: Tanggal 10 Desember 2022 Hari Apa? Simak Tiga Hari Penting yang Diperingati Besok Sabtu

Rencana itu secara spektakuler menjadi bumerang, karena serangan tumpul dan kemudian berbalik kembali ke Kyiv, Chernihiv, dan Kharkiv.

Putin memang mengumumkan pencaplokan empat wilayah Ukraina yang sebagian diduduki pada akhir September, tetapi sejak itu telah kehilangan kendali atas kota Kherson, ibu kota salah satu wilayah yang dia klaim sebagai bagian dari Rusia.

Ukraina sekarang melawan serangan yang ditujukan untuk merebut kendali penuh atas wilayah lain itu yakni Donetsk dan merebut kembali tanah di sepertiganya yakni Luhansk.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Taurus, Capricorn dan Gemini Sabtu, 10 Desember 2022: Segera Antisipasi Hubungan Monoton

Kyiv, yang memulai perang dengan tujuan sederhana untuk bertahan hidup, sekarang mengatakan tujuannya adalah untuk merebut kembali semua wilayahnya yang hilang, termasuk tanah yang direbut pada tahun 2014, yang berarti seluruh Donbas dan Krimea.

Namun, para jenderal Ukraina akan sangat bergantung pada senjata Barat seperti tank, kendaraan serang, dan jet cepat untuk melakukannya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler