Menulis Detail Awal Wabah Covid-19 di Wuhan, Novelis China Kini Alami Penyensoran Total

19 Desember 2022, 20:43 WIB
Ilustrasi penulis - Seorang penulis asal China yang menuliskan detal awal wabah Covid-19 di Wuhan kini mengalami penyensoran total. /Vlada Karpovich/Pexels

PR DEPOK – Seorang novelis yang mengungkapkan detail awal wabah Covid-19 di kota Wuhan di China pada Januari 2020 telah dilarang menulis dan menghadapi penyensoran total.

Ponsel penulis bernama Fang Fang tersebut juga disadap dan dia harus diawasi setiap kali dia meninggalkan rumahnya.

Penulis profesional itu juga telah dilarang berbicara kepada media asing dan tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial apa pun, menerbitkan esai apa pun, karya barunya diterbitkan atau karya lamanya dicetak ulang.

Wanita berusia 67 tahun bernama asli Wang Fang ini telah tinggal di Wuhan sejak kecil.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer, Leo, dan Virgo Besok, 20 Desember 2022: Hidup Semakin Sejahtera

Dia mulai menulis tentang wabah Covid-19 setelah editor jurnal sastra Tiongkok memintanya untuk membuat catatan tentang penguncian wilayah.

"Itu memberi saya dorongan untuk mulai merekam sesuatu, saya mulai memposting catatan tentang apa yang terjadi. Buku harian itu sepertinya memberikan penghiburan bagi banyak pembaca," ujar Fang Fang yang dikurip PikiranRakyat-Depok.com dari Mirror.

Dia juga menulis tentang wabah di Weibo dan postingannya dibaca oleh puluhan juta orang.

Fang memberikan wawasan tentang kekacauan dan penderitaan di Wuhan, termasuk ketika seorang anak mengejar ambulans yang membawa pergi ibunya yang telah meninggal dan seorang anak berusia enam tahun ditemukan terkunci di rumah bersama kakeknya yang telah meninggal.

Baca Juga: Penuhi 5 Syarat Penerima Bansos KPARJ, Ada Dana Rp1,2 Juta yang Mulai Dicairkan

Sebagai bagian dari laporannya, Fang mencatat perjuangannya hidup sendirian dengan anjingnya dan memberikan wawasan tentang birokrasi Tiongkok dan Partai Komunis yang pada awalnya meremehkan bahaya virus.

Namun, pelaporannya membuatnya menjadi sasaran rezim yang memaksakan bentuk kekerasan dingin padanya.

Saat China sekarang telah mencabut pembatasan Covid, penulis tersebut terus menderita karena buku hariannya dan mengatakan dia merasa agak tertekan.

Pelaporannya diubah menjadi Buku, 'Wuhan Diary', yang menyuarakan frustrasi, kemarahan, dan harapan sesama warganya.

Baca Juga: Syarat Dapat Bansos BPNT dan PKH Tahun 2023, Manfaat Maksimal Rp2,4 Juta dan Rp3 Juta per Tahun

"Semua dampak yang saya hadapi ini hanya karena saya merekam pengalaman saya selama penguncian di Wuhan dan menerbitkan sebuah buku berjudul Wuhan Diary. Saya tidak melanggar satu hukum pun atau melanggar satu aturan pun. Semuanya sangat aneh dan sama sekali tak terbayangkan," katanya.

Dia mengatakan bahwa ketika bukunya diterbitkan, dia dituduh sebagai pengkhianat China karena serangan menjadi lebih tak terkendali dan gila.

Michael Berry, direktur Pusat Studi Cina Universitas California di Los Angeles, menyebut penyensoran yang dihadapi Fang sebagai kampanye disinformasi paling agresif yang dilancarkan terhadap seorang penulis di China sejak Revolusi Kebudayaan.

"Saya merasa sangat menghormatinya. Dia adalah simbol martabat dan rasa hormat bagi saya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Taurus Selasa, 20 Desember 2022: Keuangan Mungkin Tidak Stabil, Tapi Jangan Khawatir

"Dia menghadapi semburan kebencian dan ancaman kematian yang membanjiri dirinya setiap hari. Fakta bahwa dia tetap teguh telah membuatnya menjadi pahlawan sejati bagiku,” ujarnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Mirror

Tags

Terkini

Terpopuler