PR DEPOK - Sepertiga dari ekonomi global akan mengalami resesi tahun ini, kata kepala IMF.
Artikel ini akan membahas lebih jauh bagaimana resesi akan melanda dunia tahun ini, lalu apakah posisi Indonesia aman? simak hingga akhir.
Ia juga memperingatkan bahwa tahun 2023 akan "lebih sulit" daripada tahun lalu karena AS, Uni Eropa, dan Tiongkok akan melihat ekonomi mereka melambat.
Hal ini juga diprediksi dapat terjadi di Indonesia meski tidak terlalu terdampak.
Baca Juga: Prakiraan Hujan di Wilayah Jabodetabek, Periode 3-8 Januari 2023
Kristalina Georgieva, kepala Dana Moneter Internasional (IMF) membuat pernyataan suram ini pada hari Minggu selama program berita CBS "Face the Nation."
Pernyataan ini muncul pada saat konflik yang sedang berlangsung di Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda mereda setelah lebih dari 10 bulan.
Dengan inflasi yang terus meningkat, suku bunga yang lebih tinggi, dan lonjakan infeksi virus corona di China yang dipicu oleh varian Omicron.
Baca Juga: Jadwal Tayang Film di Bioskop Depok XXI Hari Ini, 3 Januari 2023, Ada KKN di Desa Penari
"Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami resesi," kata Georgieva pada program berita, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Indianexpress.
Tahun 2023 akan lebih sulit daripada tahun lalu karena ekonomi AS, Uni Eropa, dan China akan melambat, ujar Kristalina Georgieva.
"Bahkan di negara-negara yang tidak dalam resesi, itu akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang," kata Kristalina Georgieva.
Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk tahun 2023.
"Pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 6 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022 dan 2,7 persen pada 2023.
"Ini adalah profil pertumbuhan terlemah sejak tahun 2001 kecuali untuk krisis keuangan global dan fase akut pandemi Covid-19, " kata Kristalina Georgieva.
Baca Juga: Catat, Ini Perbedaan Program Kartu Prakerja Tahun 2022 dan 2023
China telah menghapus kebijakan Zero Covid dan membuka ekonominya menyusul gelombang protes anti-pemerintah di negara tersebut.
"Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi China, dan dampaknya terhadap pertumbuhan China akan negatif, dampaknya terhadap kawasan akan negatif, dampaknya terhadap pertumbuhan global akan negatif," ujar Kristalina Georgieva.***