PBB Peringatkan Iklim Ekstrem Dunia, Kini Memasuki Era ‘Mendidih Global’

28 Juli 2023, 10:28 WIB
Ilustrasi. PBB Peringatkan Iklim Ekstrem Dunia /Pixabay/Geralt/

PR DEPOK – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan peringatan dini mengenai iklim ekstrem yang melanda bumi.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres meminta tindakan radikal segera terhadap perubahan iklim karena suhu di bumi pada Juli ini telah beralih dari fase pemanasan ke "era mendidih global".

Gelombang panas yang terik menyapu belahan bumi utara, termasuk sebagian Eropa dan Amerika, dengan suhu tertinggi memicu kebakaran hutan yang menghancurkan di negara-negara seperti Yunani, Italia, dan Aljazair di sepanjang Mediterania.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Bebek Goreng Terenak di Bantul, Gurihnya Bikin Nagih

“Untuk seluruh planet, ini adalah bencana,” katanya, sambil mencatat bahwa kurang dari Zaman Es mini selama beberapa hari ke depan, Juli 2023 akan memecahkan rekor secara keseluruhan,” katanya pada Kamis, 27 Juli 2023 seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Aljazeera.

Lebih lanjut, PBB menilai iklim ekstrem ini baru baru permulaan.

Berdasarkan data ERA5 dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus yang didanai Uni Eropa, tiga minggu pertama bulan Juli telah menjadi periode tiga minggu terhangat dalam catatan dan bulan tersebut berada di jalur untuk menjadi Juli terpanas dan bulan terpanas.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Ikuti Game Sederhana Ini dan Temukan Jati Diri Kamu yang Sebenarnya

Ancaman Eksistensial

Dengan sebagian besar wilayah Amerika Serikat menghadapi gelombang panas yang memecahkan rekor, Presiden Joe Biden pada hari Kamis menyebut suhu yang melonjak akibat perubahan iklim sebagai "ancaman eksistensial".

“Saya kira tidak ada lagi yang bisa menangkal dampak perubahan iklim,” katanya di Gedung Putih.

Dampak ekstrim dari perubahan iklim sejalan dengan prediksi dan peringatan para ilmuwan. Mereka menilai perubahannya akan sangat cepat.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Warung Bakso Enak dan Berasa Daging Sapi di Kediri, Nomor 4 Bikin Nostalgia

Guterres mengaitkan perubahan iklim ekstrem ini dengan penggunaan bahan bakar fosil.

“Udaranya tidak bisa dihirup. Panas tak tertahankan. Dan tingkat keuntungan bahan bakar fosil dan kelambanan iklim tidak dapat diterima,” kata mantan perdana menteri Portugal itu.

Maka dari itu, ia menghimbau setiap pemimpin negara harus bertindak mengingat dunia kini memasuki iklim ekstrem.

Cuaca ekstrem sepanjang Juli  telah menyebabkan malapetaka  di seluruh dunia, dengan suhu yang memecahkan rekor di China, Amerika Serikat, dan Eropa Selatan, memicu kebakaran hutan, kekurangan air, dan peningkatan penyakit terkait panas serta rawat inap.

Baca Juga: 8 Gudeg Enak di Pekalongan dan Paling Rekomen, Berikut Alamatnya

Di pulau Italia Sisilia, dua orang ditemukan tewas pada hari Selasa di sebuah rumah yang terbakar.

Lalu 34 orang tewas di Aljazair dan ribuan orang dievakuasi di beberapa bagian Eropa karena gelombang panas hebat yang menyebar ke sebagian besar wilayah Mediterania dan wilayah lainnya.

Di Yunani, kebakaran yang terjadi di pulau Rhodes selama seminggu terakhir telah memaksa pihak berwenang untuk melakukan evakuasi terbesar yang pernah dilakukan di negara itu, dengan lebih dari 20.000 orang terpaksa meninggalkan rumah dan hotel.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler