Konflik Armenia dan Azerbaijan Kembali Pecah di Nagorno-Karabakh, Timbulkan Korban Jiwa 200 Orang

28 September 2020, 21:43 WIB
Pasukan Armenia terlibat bentrok dengan Azerbaijan.* /Antara./

PR DEPOK – Konflik Armenia dan Azerbaijan dikabarkan kembali memanas. Konflik yang telah berlangsung selama tiga dekade tersebut pecah di wilayah Nagorno–Karabakh yang memisahkan diri.

Berdasarkan kabar yang dihimpun, konflik kali ini disebut menjadi yang terburuk di wilayah tersebut sejak tahun 2016 lalu. Pasalnya, dalam konflik kali ini menewaskan sebanyak 200 korban jiwa.

Akibat perseteruan tersebut, kedua belah pihak mengumumkan darurat militer pada masing-masing wilayahnya.

Baca Juga: Anies Baswedan Dinilai Lambat Tangani Banjir Jakarta, DPRD: Jangan Pas Banjir Baru Kerja!

Setidaknya satu helikopter Azerbaijan ditembak jatuh pada hari Minggu lalu. Sedangkan Armenia mengumumkan mobilisasi penuh kalangan militer karena situasi terancam lepas kendali.

Kubu Armenia mengklaim telah menghancurkan dua helikopter, tiga drone, dan tiga tank dari pihak Azerbaijan.

Di samping itu, Azerbaijan mengklaim telah melakukan serangan balasan dengan melakukan penghancuran pada 12 sistem pertahanan udara Armenia.

Terkait konflik yang terjadi di antara dua negara tersebut, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov dilaporkan telah berbicara dengan Armenia dan Azerbaijan melalui sambungan telepon pada Minggu 27 September 2020.

Baca Juga: Lempeng Sunda Alami Pergerakan, BMKG: Gempa dan Tsunami Berpotensi Terjadi di Selatan Pulau Jawa

Dalam pembicaraan tersebut, Juru Bicara (Jubir) Menlu Rusia, Maria Zakharova mendesak kedua belah pihak untuk mengakhiri konflik yang telah terjadi sejak tiga dekade ini.

Desakkan tersebut, dikatakan Maria, berasalan karena Rusia memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan maupun Armenia.

“Mengingat situasi yang meningkat di sekitar konflik Nagorno-Karabakh, Lavrov melakukan kontak intensif dalam upaya mendorong pihak-pihak untuk menghentikan tembakan dan memulai negosiasi untuk menstabilkan situasi,” katanya, sebagaimana dikutip Pikiranrkyat-Depok.com dari The Washington Post.

Di sisi lain, Josep Borell perwakilan Uni Eropa untuk urusan luar negeri menyerukan penghentian konflik dan de-eskalasi serta kepatuhan ketat kedua belah pihak terhadap gencatan senjata.

Baca Juga: Waspada, BMKG Prediksi Akan Terjadi Gelombang Tinggi di Selat Sunda-Laut Jawa dalam 2 Hari Kedepan

Konflik keduanya pecah pada masa lampau berawal dari runtuhnya Uni Soviet. Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah di Azerbaijan dengan mayoritas populasi orang Armenia memisahkan diri dan mendeklarasikan kemerdekaan.

Akibatnya hal itu memicu perang yang menewaskan 20.000 orang dan mengusir 1 juta orang dari wilayah itu.

Gencatan senjata dideklarasikan pada 1994 lalu. Namun bentrokan rutin kerap kali terjadi di wilayah perbatasan Armenia Azerbaijan meskipun beberapa kali adanya mediasi dari Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa. Diketahui konflik kali ini kembali pecah sejak Juli lalu. ***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Washington Post

Tags

Terkini

Terpopuler