Sekutu Desak Israel Soal Gencatan Senjata dan Bantuan untuk Palestina, Netanyahu: Kami Tetap Serang Rafah

18 Maret 2024, 09:40 WIB
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. /REUTERS/Amit Shabi.

PR DEPOK – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ia akan melanjutkan kampanye militer melawan Hamas di Gaza.

Pernyataan itu dilontarkan di tengah badan-badan bantuan mengatakan kelaparan akan terjadi di Palestina, dan perundingan gencatan senjata akan dilanjutkan.

Netanyahu mengatakan pada rapat kabinet bahwa Israel akan menyerang Rafah, tempat terakhir yang relatif aman di daerah kantong Gaza yang kecil dan padat setelah lebih dari lima bulan perang, meskipun ada tekanan internasional agar Israel menghindari jatuhnya korban sipil.

“Kami akan beroperasi di Rafah. Ini akan memakan waktu beberapa minggu, dan itu akan terjadi,” katanya, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Baca Juga: Cobain 7 Sate Maranggi Paling Enak di Purwakarta, Bumbunya Ajib Pol dan Cocok Jadi Menu tuk Buka Puasa

Setelah bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Yerusalem, dia menyebut bahwa Israel tidak akan membiarkan warga sipil terjebak di Rafah ketika pasukannya memulai serangan.

Pernyataan Para Sekutu

Sekutu Israel telah memberikan tekanan pada Netanyahu untuk tidak menyerang Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi dari wilayah lain di wilayah yang hancur tersebut mencari perlindungan, tanpa rencana untuk melindungi warga sipil.

Di Washington, pada acara Hari St Patrick di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar, Presiden AS Joe Biden menekankan perlunya meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dapat memulangkan para sandera pimpinan Hamas. Biden mengatakan langkah menuju solusi dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian dan keamanan abadi.

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa dan Imsakiyah di Kabupaten Bandung Barat: Senin, 18 Maret 2024

Varadkar mengatakan masyarakat Gaza sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan tempat tinggal.

“Yang paling penting, mereka memerlukan bom untuk dihentikan. Hal ini harus dihentikan oleh kedua belah pihak, para sandera dibawa pulang, dan bantuan kemanusiaan diperbolehkan masuk,” katanya.

Varadkar mengatakan Israel harus membatalkan keputusan tepat yang mengizinkan serangan darat ke Rafah.

Pada konferensi pers bersama, Scholz mengatakan dia telah berbicara dengan Netanyahu tentang perlunya memberikan bantuan kemanusiaan yang komprehensif kepada masyarakat di Gaza.

Baca Juga: Tanggal Berapa BLT Mitigasi Risiko Pangan Cair Sebelum Lebaran 2024? Cek Jadwal dan Penerimanya di Sini

“Kita tidak bisa berdiam diri dan menyaksikan warga Palestina menghadapi risiko kelaparan,” kata Scholz.

“Sangat penting untuk segera mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata yang membebaskan sandera (Israel) dan memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan mencapai Gaza,” kata von der Leyen setelah bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.

Pembentukan Negara Palestina

Sementara itu, Netanyahu mengatakan negara Palestina akan menjadi hadiah terbesar bagi terorisme dalam sejarah.

Baca Juga: 7 Mie Ayam Paling Enak di Sragen, Rasanya Terkenal Nikmat dan Banyak Dicari Warga Lokal Hingga Para Pelancong!

“Hamas secara de facto memiliki negara Palestina di Gaza. Dan untuk apa mereka menggunakannya? Untuk membantai warga Israel dan kebiadaban terburuk yang menimpa orang Yahudi sejak Holocaust,” katanya.

Pejuang Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera 253 orang dalam serangan 7 Oktober menurut perhitungan Israel, sehingga memicu serangan besar-besaran di Gaza.

Operasi udara dan darat Israel di daerah kantong tersebut telah menewaskan lebih dari 31.600 orang, kata otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, yang mengusir sebagian besar penduduk dari rumah mereka dan membawa warga Palestina ke ambang kelaparan.

***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler